Page 17 - KLIPINGBPPT12122019Pagi
P. 17
Hammam mengatakan, KR Baruna Jaya III akan melakukan serangkaian perjalanan untuk memasang empat buoy pada 8-26 Desember mendatang, yang dimulai dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Benoa.
Kemudian, kegiatan akan dilanjutkan dengan deployment buoy Indonesia tsunami early warning system (Ina-TEWS) di selatan Pulau Jawa.
Ia menjelaskan, hal tersebut dilakukan karena BPPT berkomitmen untuk mendorong terwujudnya cita-cita pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu mengantisipasi bencana alam sejak dini.
"Ini satu inovasi teknologi kami di bidang kebencanaan sekaligus sebagai bentuk mitigasi dan reduksi risiko bencana, agar dapat mengurangi korban jiwa dan kerusakan harta benda apabila terjadi bencana alam," kata Hammam.
Sementara itu, pelepasan KR Baruna Jaya III tersebut dipimpin oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.
Bambang Brodjonegoro mengatakan, sistem peringatan dini tsunami sebenarnya sudah ada sejak dulu di Indonesia, khususnya sejak peristiwa tsunami di Aceh.
Namun, menurutnya, saat ini banyak buoy yang rusak atau dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan sistem peringatan dininya tidak berjalan dengan baik.
"Oleh karena itu dalam Indonesia Early Warning System ini, kami perbaiki dengan membuat buoy baru dimana BPPT ditugaskan dan kebetulan BPPT bisa membuat versi yang diharapkan dapat mengurangi risiko perusakan, tapi dengan tetap menjaga kualitas, termasuk kecepatan," katanya.
Baca juga: BPPT siap pasang Buoy Merah Putih di Gunung Anak Krakatau
Ia menjelaskan, buoy generasi baru tersebut memiliki perbedaan dibandingkan dengan buoy yang lama, seperti dari segi bentuknya tidak menarik perhatian untuk dirusak dan dipergunakan secara tidak semestinya.
"Di buoy yang baru ini juga sudah dipertimbangkan hal-hal semacam itu sehingga potensi kerusakan menjadi lebih sedikit," katanya.