Page 163 - KLIPINGBPPTIEMS2019
P. 163

Dodon mengaku, sejauh ini banyak perusahaan yang mengajak ABB Indonesia untuk bekerja sama dalam membangun industri pengisian daya mobil. Namun, pihaknya belum bisa memutuskan lantaran regulasi pemerintah baru Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019.
Dibutuhkan aturan turunan dari masing-masing kementerian lembaga agar industri mendapat kepastian. Termasuk juga ihwal perpajakan. Apalagi, pemerintah sudah memastikan bahwa sumber daya alam untuk pembuatan mobil listrik dan baterai tersedian di Indonesia dalam jumlah besar. Karenanya industri pengisi daya menanti langkah lanjutan dari pemerintah.
Mengenai teknologi yang dikembangkan ABB, Dodon menjelaskan, pengisian baterai mobil listrik dengan sistem AC selama 1 jam bisa untuk kebutuhan jarak tempuh 38 kilometer. Namun, dengan sistem DC dalam waktu yang sama mampu mengisi tenaga untuk jarak tempuh 250 kilometer.
"Inilah yang dikatakan dengan fast charging yang dibutuhkan seiring pengembangan mobil listrik," ujar dia.
Saat ini, ABB Indonesia mencatat setidaknya terdapat 6 juta populasi mobil listrik di dunia. Indonesia sendiri baru akan memulai pengembangan sehingga diperkirakan kebutuhan alat pengisi daya akan terus tumbuh.
Dodon menjelaskan, pihaknya tidak mesti harus membangun stasiun pengisian listrik umum (SPLU) secara mandiri. Sebab, ABB pada dasarnya merupakan perusahaan teknologi yang memproduksi alat. Karena itu, peluang kerja sama dengan perusahaan swasta nasional maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbuka.
"Maka itu untuk industri charger mobil listrik kita harus membuat riset bersama karena semakin hari kebutuhan daya akan makin besar. Yang jelas, teknologi kami sudah terstandardisasi internasional," kata dia.
Saat ini, kata Dodon, ABB Indonesia telah membangun SPLU di Serpong, Tangerang Banten. SPLU tersebut dibangun atas kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi


































































































   161   162   163   164   165