Page 2 - KLIPINGBPPT06102019PAGI
P. 2

Judul
BPPT : Indonesia Butuh 5 Armada Pesawat TMC
Media
Suara Pembaruan
Terbit
6 Oktober 2019
Tone
Positif
Hal/link
13
Jurnalis
Ari
Kesra 13 BPPT: Indonesia Butuh 5 Armada Pesawat TMC
Suara Pembaruan Sabtu-Minggu, 5-6 Oktober 2019 [JAKARTA] Kepala Balai
ton sekali angkut. Jika ada peningkatan eskalasi bencana baru meminta bantuan TNI.
Selain itu untuk memper- kuat dan meningkatkan ki- nerja, TMC BPPT dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menye- pakati kerja sama terkait pemanfaatan big data cuaca dan model prediksi cuaca un- tuk peningkatan efektivitas TMC berbasis artificial in- tellegence.
Hadir dalam acara itu, Kepala BPPT Hammam Riza, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo serta sejumlah peja- bat terkait lainnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan, dari hitungan saat ini dana si- ap pakai yang dikeluarkan untuk penanganan karhutla mencapai Rp 2,5 triliun.
“Besaran nilai Rp 34 miliar untuk TMC tidak terla- lu tidak besar. Kalau wa- terbombing mencapai Rp 1 triliun,” ucapnya.
Selain untuk TMC dan waterbombing, alokasi dana untuk penanganan darurat karhutla juga dialokasikan bagi operasional pasukan yang berjumlah lebih dari 29.000 personel.
“Kita perlu membangun solusi permanen dengan me- ngembalikan kodrat gambut menjadi basah sehingga tidak
mudah dibakar. Upaya pen- cegahan harus diutamakan dan ini tidak hanya menjadi tugas BNPB tapi juga semua pihak,” ucap Agus.
Deputi Bidang Klimato- logi BMKG Herizal meng- ungkapkan, meski Indonesia memiliki dua musim hujan dan kemarau tetapi menyisa- kan problema dan kekhawa- tiran seperti bencana banjir dan longsor serta kekeringan di musim kemarau. Melalui TMC, bisa bermanfaat untuk mendatangkan hujan dan ke- tika intensitas hujan tinggi juga bisa meredistribusi hu- jan sehingga curah hujan ber- kurang di suatu daerah.
Menurutnya, kerja sama yang dilakukan dengan BPPT ini adalah kerja sama yang kesekian kalinya. Ia pun ber- harap semua kegiatan yang terkait dengan cuaca dan TMC ini bisa membumi di masyarakat.
Ke depan, TMC ini hen- daknya bisa dilakukan untuk upaya pencegahan. Dengan melihat prakiraan iklim, di bulan tertentu akan dilihat kondisi kering atau masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan atau sebalik- nya. Di situlah masih ada kondisi awan yang potensial untuk dihujankan.
“TMC bisa dimanfaat- kan untuk membasahkan lahan gambut agar tidak mu- dah terbakar dan mengisi embung-embung,” ucapnya. [R-15]
Forum Komunikasi FKIP se-Indonesia dapat melahir- kan dialog intelektual dalam rangka membantu program pemerintah. Pasalnya forum ini sebagai wadah berbagai pengalaman agar dapat men- ciptakan inovasi baru ter- utama untuk bidang pendi- dikan guru.
“Kita memasuki suatu ta- hapan baru diberbagai aspek kehidupan, termasuk untuk sektor pendidikan. Jadi kita harus berupaya untuk meng- integrasikan kemajuan yang dicapai dengan kemudahan teknologi informasi dalam proses pembelajaran,” ujar- nya.
Dia juga menuturkan, pa- da saat ini ada tren di mana calon mahasiswa terbiasa de- ngan memanfaatkan teknolo- gi informasi dan komunikasi (TIK) seperti gawai. Hal ter- sebut merupakan cara baru dalam pembelajaran.
“Cara lama seperti mem- berikan perkuliahan di depan kelas dibatasi. Kita harus menggunakan inovasi baru, bahwa sistem pembelajaran yang diberikan kepada maha-
Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto mengatakan, idealnya operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) me- miliki 5 pesawat inti. Penam- bahan armada pesawat yang kini hanya ada dua, sangat mendesak, mengingat proses membuat hujan buatan selalu berkejaran dengan kondisi awan.
Saat ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki balai untuk TMC hanya punya dua pesawat saja. Satu pesawat jenis Cassa dan satu jenis piper cheyenne, pesawat be- kas yang dibeli dari Amerika. Kapasitas daya angkutnya pun kecil sehingga tidak mampu untuk mengatasi kar- hutla yang cukup besar. Bantuan armada pesawat dari TNI pun didapat setelah pesa- wat bantuan tersebut me- mang benar-benar tidak dipa- kai untuk kegiatan lainnya.
Menurut Seto, TMC de- ngan cara menyemai garam untuk mendatangkan hujan buatan diklaim berbiaya lebih murah dan cukup efektif se- bagai salah satu upaya me- madamkan karhutla.
Nilai kontrak TMC untuk penanganan karhutla sejak Februari hingga Oktober 2019 menurut Badan Nasio- nal Penanggulangan Bencana (BNPB) mencapai Rp 34 miliar. Sedangkan operasi pemadaman udara dengan
ISTIMEWA Salah satu armada pesawat untuk operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Idealnya, Indonesia memiliki lima pesawat untuk menangani
karhutla.
waterbombing mencapai Rp 1 triliun.
Menurutnya tidak benar jika ada yang menyebut TMC itu mahal. Jika dibandingkan dengan kerugian yang dise- babkan oleh karhutla yang lebih besar, maka TMC jauh lebih murah. Kerugian kar- hutla di tahun 2015 saja mencapai lebih dari Rp 200 triliun.
“Dari upaya TMC ini kita sudah menjatuhkan hujan se- banyak 3 miliar meter kubik air di sejumlah provinsi ra- wan karhutla,” katanya di da- lam media briefing TMC BPPT di Jakarta, Jumat (4/10).
Hanya saja, TMC baru bi- sa dilaksanakan jika BNPB memerintahkan BPPT untuk melakukannya. Biaya yang dibayarkan untuk TMC ini juga akan masuk ke peneri- maan negara bukan pajak.
Keterbatasan pesawat hingga kini menjadi kendala TMC, sehingga tim TMC ke- rap menemui kesulitan. Apalagi dengan luasnya kar- hutla, armada pesawat yang awalnya minim membuat operasi hujan buatan kewa- lahan. Akhirnya TNI mem- bantu tambahan pesawat.
Seto berharap ke depan TMC lebih difokuskan untuk pencegahan dini karhutla dan
kekeringan.
Idealnya kata Seto,
BBTMC diberi independen- si untuk memperlancar ope- rasi hujan buatan yang ka- dang berkejaran untuk men- cari awan yang bisa disemai menjadi hujan.
“TMC sangat bergantung awan yang tumbuhnya sangat dinamis,” ucapnya.
Kerja Sama
Ketika ada awan poten- sial tetapi pesawat tidak ada, itulah yang membuat BBTMC BPPT kerepotan. Idealnya kata Seto, TMC pu- nya minimal lima armada inti (pesawat) dengan kapasitas 1
Guru Wajib Mengantongi Sertifikat Profesi
[JAKARTA] Ketua Forum Komunikasi Pimpinan Fa- kultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Negeri se-Indonesia, Prof Sofendi mengatakan, pendidikan di Indonesia masih memiliki be- berapa masalah, khususnya terkait guru. Ditegaskan,
untuk menjadi seorang guru yang profesional dan memenuhi kualifikasi, maka guru tersebut harus mengan- tongi sertifikat pendidikan profesi guru (PPG).
Demi peningkatan kuali- tas guru, Forum FKIP se-In- donesia mengadakan rapat kerja pimpinan membahas sejumlah permasalahan da- lam dunia pendidikan. Salah satunya tentang PPG.
“PPG menjadi salah satu fokus yang kami bahas terkait dengan pendidikan profesi guru, karena FKIP ini mewa- dahi seluruh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependi- dikan,red) se-Indonesia. Bisa saja selama ini ada masalah di daerah tidak muncul di Jakarta atau sebaliknya. Jadi, melalui forum ini kami men- coba mencari solusi untuk
MARIA FATIMA BONA
Ketua Forum Komunikasi Pimpinan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Negeri se-Indonesia, Prof Sofendi (tengah), didampingi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka (UT) Udan Kusmawan, dan rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat (kanan), saat pertemuan puncak rapat kerja pimpinan FKIP se-Indonesia, di UT Convention Center, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (4/10).
yang akan dibutuhkan. Pasalnya hingga saat ini fo- rum FKIP belum memiliki gambaran terkait bagaimana pelaksanaan.
Selanjutnya, dekan FKIP Universitas Sriwijaya ini me- negaskan, untuk biaya PPG Prajabatan Mandiri semua ditanggung oleh peserta. Sedangkan PPG dalam jabat- an yang sudah dijalankan se- lama ini biayanya ditanggung oleh pemerintah.
Ketika ditanya apakah lulusan PPG Prajabatan Mandiri ini mengantongi ge- lar akademik, Sofendi menu- turkan, hal tersebut belum di- bahas secara rinci. Lanjut dia, program PPG Prajabatan Mandiri ini tidak hanya dii- kuti oleh lulusan LPTK tetapi dapat diikuti oleh jurusan la- in, dengan syarat lulus seleksi yang dilakukan secara nasio- nal dan Kemristekdikti seba- gai penyelenggara.
Belajar Daring
Pada kesempatan sama, rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat mengata- kan, inovasi dalam pembela-
logi, dan Pendidikan Tinggi. Nantinya Menristekdikti bisa mengambil tindakan,” ucap Sofendi yang juga dosen pro- gram studi (prodi) bahasa Inggris FKIP Universitas Sriwijaya, pada pertemuan FKIP se-Indonesia, di Uni- versitas Terbuka Convention Center (UTCC), Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (4/10).
Sofendi menambahkan,
dok tidak jauh berbeda de- ngan penyelenggara seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), yang sepenuhnya ditentukan oleh Kemristekdikti. Dalam hal ini, sistem seleksi hingga kuota maupun proses seleksi penerimaan PPG Prajabatan Mandiri ini tidak dapat diten- tukan oleh perguruan tinggi atau FKIP, melainkan pe- merintah.
PPG Mandiri ini bergantung kesiapan dari perguruan ting- gi. Sedangkan terkait dengan kuota untuk tahap pertama ini, belum dibahas secara ter- perinci dan akan dibahas da- lam waktu dekat usai perte- muan puncak.
Kendati demikian, Sofendi menyebutkan, hal yang dipersiapkan menuju PPG Prajabatan Mandiri yak- ni kurikulum, sumber daya
kemudian direkomendasi ke skema PPG Prajabatan Sofendi menyebutkan, manusia(SDM) dosen dan jaran di kelas sangat dibutuh- siswa ini berbasis daring,”


































































































   1   2   3   4   5