Page 4 - KLIPINGBELMAWA10102019PAGI
P. 4
akses jaringan. SUO ini juga dilengkapi dengan online proctoring dan aplikasi pengenal wajah. Melalui aplikasi pengenal wajah inilah maka jika ada mahasiswa yang tidak terdata sebagai peserta ujian, maka tidak akan bisa mengikuti ujian atau tidak bisa masuk dalam sistem SUO.
Bukan hanya itu saja, sesi ujian yang sudah dikerjakan mahasiswa akan disimpan selama dua tahun di cloud computing UT yang sudah bekerja sama dengan Microsoft. Rekaman itu bisa dibuka kembali jika ada mahasiswa melayangkan protes terhadap nilai ujian yang telah didapatnya. “Jadi, UT sekarang dari mulai registrasi dan ujian semua sudah full online. UT telah berperan sebagai cyber university,” tandasnya.
Inovasi lain yang sudah dilakukan adalah registrasi mahasiswa yang sudah tidak lagi berbasis kertas. Melainkan menggunakan sistem online, sehingga mahasiswa bisa mendaftar dari mana saja dengan akses jaringan. Selanjtunya terkait bahan ajar, UT juga menggunakan bahan ajar digital interaktif yang bisa diunduh oleh mahasiswa dan tutor. Sehingga, materi pembelajarannya pun bisa diakses melalui gawai.
Dengan teknologi, lanjut Ojat, memang tidak dapat dipungkiri bahwa layanan pendidikan akan lebih terjangkau oleh masyarakat. Saat ini, UT melayani 350.000 mahasiswa dari segala lapisan masyarakat. “Artinya, ada kebutuhan dari masyarakat supaya pendidikan jarak jauh yang selama ini dilakukan UT juga menjadi kebutuhan yang bisa diterapkan di perguruan tinggi konvensional lainnya,” ujarnya.
Ojat mengatakan, teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan lagi dalam proses pembelajaran. Dia pun menyimpulkan bahwa faktor penting dalam keberhasilan integrasi teknologi untuk tujuan pendidikan yang berkualitas yaitu dengan integrasi perencanaan akademik dan pengembangan fakultas berkualitas tinggi yang berkelanjutan. Di mana teknologi, pedagogi, dan desain pengajaran selaras untuk mendukung pembelajaran.
Dekan FKIP selaku Ketua Panitia ICIEP Udan Kusmawan mengatakan, UT sudah dapat mengembangkan konferensi pendidikan dan kali ini merupakan konferensi internasional pendidikan yang pertama melalui kerja sama dengan Research Synergy Foundation (RSF), yaitu perusahaan sosial Indonesia pertama yang fokus pada pengembangan jaringan kolaboratif antara peneliti, dosen, akademisi, dan praktisi.
Acara ini diawali dengan persembahan tarian Abimantrana dan dihadiri seluruh anggota Forum Komunikasi Dekan FKIP se-Indonesia. Seminar pendidikan rutin diadakan setiap tahun, melalui ICIEP diharapkan tercipta inovasi-inovasi yang baru di bidang pendidikan.
Sebelumnya, Menristekdikti Mohammad Nasir menyampaikan bahwa di era revolusi industri 4.0, e-learning atau proses pembelajaran secara daring akan semakin berkembang dengan pesat. Dengan e-learning, maka Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi Indonesia bisa didorong lebih tinggi dari APK saat ini (34,58).