Page 6 - KLIPINGBPPT10102019PAGI
P. 6

sumber daya manusia (SDM), fasilitas dan metode sehingga kemampuan untuk mendesain dan memulai untuk penemuan obat dapat dinilai siap.
"Untuk lima tahun ini arah utamanya adalah pembangunan kapasitas. Pertama, fasilitas riset dilengkapi. Kita mendapatkan beberapa peralatan. Kemudian SDM-nya dilatih, bagaimana SDM itu mampu meng- handle sumber daya kemudian memanfaatkan isolasi senyawa dan kebetulan sumber daya yang kita gunakan adalah mikroba," tuturnya.
Melalui program Satreps atau Kemitraan Penelitian Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan,BPPT dan JICA membangun kerja sama terutama pembangunan kapasitas, yang mana para peneliti BPPT salah satunya dilatih untuk memelihara mikroba, mengkoleksi, mengkarakterisasi, mengidentifikasi dan mencari senyawa yang potensial untuk bahan baku obat.
Kerja sama ini fokus pada persiapan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk mengembangkan bahan baku obat untuk antimalaria.
Pembangunan kapasitas ini untuk memperkuat sumber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya sekaligus didukung dengan fasilitas untuk menemukan bahan baku obat untuk antimalaria.
Program Director untuk kerja sama dalam kerangka Satreps yang juga peneliti di Balai Bioteknologi BPPT Danang Waluyo mengatakan pengembangan obat juga memerlukan dukungan pendanaan karena untuk mengembangkan dan memproduksi obat memerlukan setidaknya waktu 10- 15 tahun.
"Kalau saya melihat dari pengalaman perusahaan farmasi yang sudah mengembangkan obat, biaya yang dikeluarkan sangat besar dari pengembangan sampai obat butuh waktu 10-15 tahun dan biaya bisa sampai level triliun rupiah," ujar Danang.
Melalui program Satreps, Danang menuturkan saat ini pihaknya telah menemukan lebih dari 20 senyawa aktif yang potensial untuk mengembangkan dan membuat obat anti malaria.
"Malaria menjadi penyakit yang terlupakan, banyak orang butuh tapi tidak banyak yang mengembangkan," ujar Danang.
Danang menuturkan perlu perbaikan untuk regulasi dari sisi obat, bisnis dan hukum. "Kita ingin membangun negara ini PR (pekerjaan rumah) ini tidak


































































































   4   5   6   7   8