Page 8 - KLIPINGBPPT13032019 (pagi)
P. 8

]’;
presisi dan handal.
Kepala BPPT, Hammam Riza, mengatakan, CBT sepanjang 3 kilometer (km) dipasang di Pulau Sertung hingga ke tengah dekat Gunung Anak Krakatau. Rencananya beberapa tahun ke depan, BPPT juga akan memasang lagi sejumlah buoy di Samudera Hindia.
"Dalam pemasangan buoy dan CBT ini, BPPT juga bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," jelas Hammam di Jakarta, Selasa (12/3/2019).
Untuk memastikan sistem peringatan dini bencana tidak mengalami vandalisme seperti sebelumnya, Hammam berharap dari TNI atau kepolisian bisa mengamankan semua sistem peringatan dini baik di laut maupun di darat karena rentan dicuri dan rusak oleh tangan tak bertanggung jawab. "Alat pemantau potensi kebakaran hutan dan lahan atau smokies saja rawan dicuri," ucap Hammam.
Menurut Hammam, masyarakat juga perlu dibekali pengetahuan tentang pentingnya sistem peringatan dini bencana untuk keselamatan mereka. Pasalnya, buoy yang akan dipasang BPPT ini adalah generasi ketiga. "Alat ini, dibuat dengan bahan yang sulit dirusak dan dicuri. Jika buoy sebelumnya memiliki unsur besi, buoygenerasi ketiga ini berbahan polimer dan fiber," jelas Hammam.
Sebelumnya, bouy dan teknologi sistem peringatan dini memang rawan pengrusakan atau vandalisme. Bouy yang dipasang nanti pun dapat mendeteksi kondisi gempa, longsor laut yang bisa memicu tsunami.
Hammam menambahkan, pemasangan buoy ini pun membutuhkan kapal, sehingga menggunakan dana yang tidak sedikit. Biaya perawatannya pun cukup mahal, sehingga BPPT berharap ke depan ada alokasi dari instansi terkait untuk operasional buoy.
"Untuk pemasangan dan perawatan buoy di tengah laut membutuhkan kapal Baruna Jaya yang sekali beroperasi membutuhkan biaya Rp 150 juta per harinya," kata Hammam.
Selain itu, peran publik untuk menjaga buoy pun sangat penting. Memang, kata Hammam, di sekitar buoy itu penuh dengan ikan, sehingga menarik para nelayan untuk memancing di sekitarnya. "Untuk itu ke depan diharap kejadian vandalisme tidak terulang lagi," harap Hammam.
Menurut Hammam, data dari buoy yang dipasang 100 hingga 200 kilometer dari pantai, dapat mengirimkan informasi data terkini ketika ada gelombang tinggi di tengah laut yang diduga berpotensi menjadi tsunami muncul.
"Hitungan awamnya, jika kecepatan gelombang tsunami antara 500-700 kilometer perjam, minimal ada waktu 10-15 menit untuk masyarakat melakukan evakuasi ke shelter terdekat," kata Hammam.
Sinyal dari buoy di tengah laut itu akan semakin intens hitungan detik, mengirimkan sinyal ke pusat data early warning system secara real time, jika ada gelombang yang melewatinya. Semakin tinggi dan kencang gelombang, maka sinyal yang dikirim frekuensi-nya akan semakin rapat dan bisa berkali-kali dalam hitungan detik.
"Hal ini, sangat penting bagi masyarakat yang bermukim di wilayah yang rentan terhadap terpaan bencana, untuk waspada bencana. Masyarakat di pesisir atau wilayah berpotensi tsunami harus memiliki waktu evakuasi yang cukup," ungkap Hammam.
Selain buoy, tambah Hammam, teknologi lain seperti kabel bawah laut, maupun pemodelan juga diperlukan dalam mendukung sistem peringatan dini bencana.


































































































   6   7   8   9   10