Page 8 - KLIPINGBPPT23072019PAGI
P. 8
Judul
Olahan Singkong Kekinian untuk Gaya Hidup Sehat
Media
Suara Pembaruan
Terbit
23 Juli 2019
Tone
Positif
Hal/link
18
PR VALUE
Rp 120,000,000
Jurnalis
Ari Rikin
18 Suara Pembaruan Senin, 22 Juli 2019 Olahan Singkong Kekinian untuk Gaya Hidup Sehat
Pangan olahan alternatif ber- basis singkong terus dicipta- kan untuk merebut hati ma- syarakat. Pamor beras dan terigu memang masih sulit digeser oleh pangan berbasis singkong, ubi, sagu dan jagung. Namun, seiring lajunya kehidupan, banyak masya- rakat mulai mencari pangan yang lebih sehat.
Diyakini memiliki indeks glike- mik yang sangat rendah, singkong dan jagung bisa dijadikan alternatif untuk pangan lokal menyehatkan. Sebab, beras padi memiliki indeks glikemik tinggi yang bisa mening- katkan risiko diabetes. Berkat sen- tuhan inovasi, singkong bisa diolah menjadi beras analog serta tepung tapioka modifikasi yang bisa dibuat beraneka pangan dan bisa mensub- titusi tepung terigu yang masih didominasi impor.
Dalam kunjungannya ke Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) Lampung Tengah, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan, fasilitas yang dimi- liki BPPT ini menelan nilai Rp 1,5 miliar untuk biaya investasi. Jika ingin mengoptimalkan produksi singkong dan olahannya, maka desa bisa menggandeng badan usaha milik desa (Bumdes).
“Teknologi pengolahan sing- kong ini bisa diterapkan di de- sa-desa dengan Bumdes dan bisa pula mengoptimalkan dana desa, sehingga memberikan efek positif bagi pengembangan desa,” kata- nya di sela-sela kunjungan B2TP BPPT, Lampung Tengah, Jumat (19/7).
B2TP BPPT dapat ditempuh sekitar 2 jam dari kota Bandar Lampung. Di balai ini dilakukan pengolahan singkong dan jagung untuk dijadikan beras dan tepung.
B2TP juga menggandeng usa- ha kecil menengah dan pemerin- tah daerah setempat untuk mem-
populerkan produk bernama Beras Sehatku. Beras ini merupa- kan produk pangan inovatif berbahan baku utama singkong dan jagung yang diolah sedemiki- an rupa sehingga mudah dan dapat dimasak dengan cara yang praktis.
Menurut Hammam, bahan ba- ku tersedia dan melimpah di Lampung. Produksi jagung di provinsi itu berjumlah sekitar 1,7 juta ton per tahun dan singkong mencapai 8 juta ton per tahun. Ini tentu menjadi potensi pengem- bangan diversifikasi pangan.
Proses produksi Beras Sehatku dilakukan dengan proses fisis, tan- pa menggunakan bahan kimia se- hingga aman untuk dikonsumsi. Beras Sehatku memiliki nilai gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras padi. Selain itu, beras ini memiliki nilai indeks glikemik yang relatif lebih rendah diban- dingkan dengan beras padi.
“Beras tersebut sangat dian- jurkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat yang menginginkan
pola makan sehat dan juga bagi penderita diabetes dan obesitas,” ucap Hammam.
Beras tersebut juga memiliki bentuk dan rasa yang menyerupai beras padi, sehingga tidak perlu mengubah pola konsumsinya.
Selain beras, singkong juga bisa dibuat tepung cassava instan. Pati dari singkong termodifikasi ini memiliki peran penting dalam peningkatan nilai produk berbasis singkong. Tepung instan ini pun memiliki keunggulan lebih dari tapioka. Di samping itu, ada pula tepung tapioka terfermentasi yang cocok untuk pembuatan pangan olahan seperti kue basah, pem- pek, cireng, kerupuk, dan berba- gai jenis makanan ringan lainnya.
B2TP BPPT memproduksi te- pung singkong fantasi dengan memanfaatkan mini plant tapioka dengan kapasitas terpasang 3 ton per hari.
Popok Bayi
Kepala B2TP BPPT, Aton Yulianto mengatakan, dengan sen-
tuhan inovasi, BPPT mencoba memperkenalkan bahan baku sing- kong dengan bentuk turunan lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Meski harga produk turunan singkong ini sedikit mahal, namun tuntutan gaya hidup sehat membuat pangan lokal ini patut diburu. Misalnya, tepung cassava instan dibanderol sekitar
Rp 20.000 per kilogram.
Aton menambahkan, BPPT
menggandeng pemerintah Lampung agar pangan sehat ini digunakan di kegiatan internal pemerintah daerah sebagai ben- tuk sosialisasi dan edukasi. Beras sehat ini pun, lanjutnya, sudah banyak dijual di beberapa mini- market di Lampung.
“Dengan diorientasikan berni- lai ekonomi, maka petani pun bergairah dan menghasilkan pa- nen singkong yang jauh lebih berkualitas lagi,” ujarnya.
Dari sisi penanaman, pemeli- haraan dan pemanenan pun, BPPT memberikan pendamping- an berbasis iptek.
Selain untuk olahan pangan alternatif, Aton menjelaskan, singkong bisa dimanfaatkan un- tuk farmasi seperti menambah komposisi cairan infus lewat pati- nya, pengikat tablet, atau pil dan cangkang kapsul.
Pati dari singkong juga bisa dipakai menambah komponen po- pok bayi sekali pakai. Bahan aktif polimer sintesis dari pati termodi- fikasi ini lebih aman dan berdaya serap tinggi.
“Banyak kegunaan yang ber- nilai ekonomi seperti untuk pasta gigi dan es krim melalui modifi- kasi patinya,” katanya.
Untuk tepung tapioka terfermentasi, ungkap Aton, pembuatannya dimulai dari singkong dikupas kemudian dicuci, diparut hingga menjadi bubur. Selanjutnya, bubur sing- kong diekstrak patinya hingga diperoleh cassava milk lalu di- tingkatkan konsentrasi patinya untuk purifikasi.
Setelah itu, starch milk diendapkan untuk dilakukan proses fermentasi menggunakan starter bakteri asam laktat yang bertujuan untuk meningkatkan sifat fungsional yang dibutuhkan dalam aplikasi industri pangan.
Untuk mengangkat pamor singkong ini, B2TP juga akan me- nyasar pasar milenial. Didirikannya Cassava Castle di kota Bandar Lampung di Pusat Informasi B2TP bertujuan sebagai wadah mengenalkan berbagai produk olahan singkong kekinian untuk menarik hati publik.
Di Cassava Castle, selain men- jadi tempat temu mitra industri, masyarakat juga bisa menikmati hidangan berbasis singkong seperti bubur ayam dari beras singkong, donat singkong, nasi bakar beras singkong dan panganan menarik lainnya dari singkong.
[SP/Ari Supriyanti Rikin]
SP/ARI SUPRIYANTI RIKIN Kepala BPPT Hammam Riza (keempat kanan) mengunjungi fasilitas B2TP dengan “mini plant” beras sehat di Lampung,
Jumat (19/7).
ANTARA/AKBAR NUGROHO GUMAY Sejumlah aktivis lingkungan menggelar pawai bebas plastik di Jakarta, Minggu (21/7). Pawai itu untuk mengajak masyarakat agar tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai
karena sampahnya akan merusak lingkungan.
[JAKARTA] Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, kembali membeberkan bahaya limbah plastik yang turut meng- ancam populasi biota laut Indonesia. Sebab 70% limbah plastik terbuang di lautan Indonesia, sehingga kemung- kinan pada 2040 sampah plastik bakal melebihi jumlah ikan di Indonesia.
“Kalau kita tidak kurangi pemakaian plastik sekali pakai maka akan menghancurkan laut,” kata Susi dalam aksi pawai menolak plastik sekali pakai di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (21/7).
Menteri Susi turut meng- apresiasi Pemda Bali dan
Banjarmasin yang sudah me- nerbitkan larangan pengguna- an plastik sekali pakai. Dia tu- rut meminta instansi-instansi pemerintahan lainnya, juga masyarakat luas untuk mem- bangun kesadaran serta turut aktif mengampanyekan la- rangan penggunaan plastik mengingat, Indonesia menjadi negara kedua terbesar pe- nyumbang limbah plastik.
Susi bahkan menyentil ke- biasaan masyarakat yang menggunakan sedotan untuk meminum air kemasan yang menurut dia seperti anak kecil. Ia menyatakan bakal bersikap tegas terhadap mereka yang diketahui membuang limbah
plastik ke laut.
“Pencuri ikan kita tengge-
lamkan. Nah, sekarang pencu- ri ikan pergi, datanglah plastik. Pembuang sampah plastik ke lautan juga harus kita tenggelamkan,” kata Susi.
Dalam pawai yang turut di- hadiri pegiat lingkungan, musi- si seperti Kaka Slank, Robby Navicula, Susi turut menyum- bangkan suaranya untuk me- nyanyikan lagu Indonesia Pusaka, Bagimu Negeri, dan sebuah lagu kampanye berju- dul Tolak Sampah Plastik.
“Anak-anak bangsa yang mencintai masa depannya, mencintai lautnya,” tegas Susi. [E-11]
Susi Pudjiastuti: Plastik Mengancam Populasi Ikan