Page 5 - KLIPINGBPPT2782019PAGI
P. 5
Sebagai lembaga yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun berupaya mencari cara untuk mencegah peningkatan angka penderita stunting.
Dan akhirnya, lembaga ini pun berhasil melahirkan inovasi pangan yang diberi nama Peptida Unggul Rumput Laut atau biasa disebut 'PURULA'.
Seperti yang disampaikan Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni Solistia Wirawan di sela Pameran RITECH dalam rangkaian Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-24 yang digelar di Denpasar, Bali, Minggu (25/8/2019).
Ia mengatakan, dalam Hakteknas tersebut BPPT sengaja menampilkan Purula untuk mempromosikan kepada para pengunjung terkait inovasi pangan pencegah stunting.
Purula diketahui mampu membantu meningkatkan asupan zat besi sehingga potensi lahirnya bayi stunting dapat dicegah.
"Ya jadi di teknologi pangan sekarang kita menampilkan Purula ya, makanan untuk mengurangi resiko lahirnya bayi stunting, karena angka stunting di Indonesia relatif masih tinggi yaitu sekitar 30 persen," ujar Soni, dalam acara yang digelar di Lapangan Renon Puputan, Denpasar, Bali, pada Minggu (25/08/2019).
Soni kemudian menjelaskan bahwa inovasi pangan satu ini akan segera dikomersialisasikan.
Sehingga momentum Hakteknas ke-24 menjadi saat yang tepat untuk BPPT memperkenalkan Purula, khususnya bagi mereka yang hadir dalam pameran RITECH.
Hal itu karena para pengunjung yang hadir dalam acara tersebut memiliki usia yang beragam.
"Jadi kita perkenalkan di sini dan ini udah siap komersialisasi, jadi di RITECH ini saya kira bagus untuk sosialisasi kegiatan," jelas Soni.
Perlu diketahui, inovasi pangan ini dikembangkan oleh Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) BPPT.
Purula merupakan abon tabur yang terbuat dari hidrolisat kedelai dan rumput laut, yang diperkaya dengan zat besi dan vitamin, serta diformulasikan dalam bentuk makanan.