Page 4 - KLIPINGBPPT22072019PAGI
P. 4
Dia kembali menegaskan pihak-pihak yang berkecimpung di bidang listrik mengatakan bahwa mereka siap untuk mengembangkan kendaraan bermotor listrik demi terciptanya kendaraan yang ramah lingkungan.
"Kami semua siap," katanya.
Namun, dia juga menekankan bahwa kendala yang dihadapi para pengembang saat ini bukan masalah teknologi, melainkan komitmen dan kepastian hukum.
"Perpresnya diharapkan untuk segera muncul terkait dengan insentif dan kepastian hukum bagi mereka yang 'invest'," katanya.
Selain itu, ujar dia, perlu keberpihakan pemerintah, industri, dan masyarakat dalam membuat ekosistem sehingga dapat mengembangkan motor listrik merek nasional.
Sementara itu, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Putu Ardika mengatakan bahwa dalam enam tahun terakhir, jika dibandingkan dengan enam tahun sebelumnya, industri kendaraan bermotor Indonesia telah mencatatkan peningkatan hampir dua kali lipat.
"Kemampuan produksinya sudah meningkat sangat pesat dibandingkan enam tahun yang lalu," katanya.
Dalam membuat peta jalan dalam industri otomotif tersebut, ia menyebutkan tentang dua poin penting, di antaranya bahwa Indonesia sebenarnya sangat potensial untuk menjadi pemain utama dalam produksi kendaraan bermotor listrik pada 2030.
"Dalam 10,5 tahun lagi, kita akan dapat menjadi pemain utama produksi ini," katanya.
Ia mengatakan pemerintah telah berupaya untuk mempercepat pengembangan KBL sehingga dapat meningkatkan ekspor.
Dari sisi bahan baku baterai, Indonesia juga akan menjadi produsen nikel terbesar di dunia.
"Kita sudah punya kobalt-nya, mangannya. Nah, sekarang ini teknologinya juga mulai dikembangkan," katanya.
Terkait aturan hukum mengenai pengembangan KBL tersebut, Peraturan Presiden (Perpres) mengenai Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan rencananya dikeluarkan pemerintah pada tahun ini.