Page 3 - KLIPINGBPPT13102019SORE
P. 3
Konsep ini diharapkan mampu mendorong peningkatan perekonomian bagi peternak sapi skala rakyat.
Hal itu karena pemenuhan kebutuhan terhadap sapi potong ini masih belum mencapai target.
Pemerintah melalui institusi risetnya, yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun mencoba menerapkan teknologi untuk mengupayakan peningkatan produksi sapi yang diternak di lahan sawit.
Tribunnews pun menghubungi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni Solistia Wirawan untuk mengetahui seperti apa mekanisme dari pengintegrasian antara ternak sapi dan lahan sawit ini.
Ia mengatakan, konsep ini mampu mendukung pengembangan dan penerapan teknologi budidaya ternak sapi potong, karena digabungkan dengan pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
Menurutnya, konsep ini bisa menjadi tolok ukur kemampuan pengintegrasian sapi -sawit dalam menekan impor daging.
"Kita ini masih perlu banyak sapi, daging kita kan 720 ribu ton tujuan kita, baru bisa terpenuhi lokal 400 sekian ribu ton. Berarti masih kurang, kekurangan itu kita masih penuhi dari impor kan, impor sapi juga, ada impor dagingnya," ujar Soni, saat dihubungi Tribunnews, Jumat (11/10/2019) malam.
Jika rekayasa teknologi pangan ini berhasil, maka kedepannya Indonesia tidak perlu melakukan impor untuk bisa memenuhi kebutuhan pasokan daging sapi.
"Nah kalau bisa kita memenuhi daging itu dari sapi kita sendiri, kan kita mengurangi impor," jelas Soni.
Ia kemudian menyampaikan bahwa ide dalam penerapan integrasi sapi -sawit ini sudah direncanakan sejak lama, namun pihak yang diajak untuk bekerjasama dalam pengimplementasian program percontohan ini masih 'minim peminat' saat itu.
Hal itu karena para petani khawatir keberadaan sapi di lahan sawit mereka dapat merusak lahan dan berdampak pada menurunnya jumlah produksi sawit.