Page 25 - KLIPINGBPPT20032019(sore)
P. 25

Jakarta, Beritasatu.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mencetak 200-250 doktor hingga tahun 2024 untuk mengejar kemajuan inovasi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus diimbangi kehadiran sumber daya manusia (SDM) iptek yang mumpuni. Kepala BPPT, Hammam Riza, mengatakan, saat ini jumlah doktor di BPPT baru sekitar 5 persen dari total seluruh pegawai BPPT. Hingga tahun 2024, BPPT ingin mencetak 200- 250 doktor.
"Kita beri beasiswa dan keberpihakan alokasi anggaran, beasiswa dari instansi lain, lembaga internasional untuk kita berangkatkan mereka belajar seperti keluar negeri," kata Hammam di sela-sela pembukaan Kongres Teknologi Nasional 2019, di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Menurut Hammam, calon pegawai negeri sipil ini merupakan kaum milenial dan 15-20 tahun yang akan datang akan menjadi perekayasa madya. "BPPT harus punya kompetensi sehingga menjadi lembaga kaji terap dan eksistensinya tetap terjaga," ucapnya.
KTN 2019 bertema Penguatan SDM Iptek sebagai Penghela Pertumbuhan Ekonomi Menuju Indonesia Maju dan Mandiri juga dihadiri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan pejabat di lingkungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Dalam kesempatan itu, Hammam juga menyebut untuk keluar dari negara berpenghasilan menengah (middle income trap) yang saat ini dialami Indonesia, pemanfaatan iptek dan inovasi harus dijadikan modal utama.
"Agar tidak terjebak sebagai negara berpenghasilan menengah, Indonesia harus mampu mentransformasi perekonomiannya dari berbasis komoditas menjadi berbasis inovasi," paparnya.
Dalam beberapa tahun belakangan ini GDP per capita Indonesia mengalami peningkatan walau masih berada di bawah US$ 4.000 yang dikategorikan sebagai negara berpenghasilan menengah.
Berdasarkan Global Competitiveness Index 2018-2019 (World Economic Forum), posisi Indonesia dengan besaran GDP per capita US$ 3.876 ini masuk dalam kategori tingkat efficiency driven economy, yang masih mengandalkan kekayaan sumber daya alam, tenaga kerja murah, dan pasar domestik yang besar.
Hammam menyatakan, agar terlepas dari jebakan penghasilan menengah dan menjadi negara maju, Indonesia harus memanfaatkan iptek dan inovasi.
"Hal itu dapat meningkatkan nilai tambah kekayaan sumber daya alam yang luar biasa dan sumber daya manusianya yang sangat potensial," ucap Hammam.


































































































   23   24   25   26   27