Page 2 - KLIPINGBELMAWA7122019PAGI
P. 2

Judul
Mutu Pendidikan Rendah, LPTK Perlu Revitalisasi
Media
Suara Pembaruan
Terbit
7 Desember 2019
Tone
Positif
Hal/link
14
PR VALUE
Rp 30,000.000
Jurnalis
Fatimah
Jumat, 6 Desember 2019
Bersaing tion
iness), serta pemerintah rnment) atau ABG.
ebagai upaya membangun gi kalangan ABG, BPPT Selasa pekan depan 2) juga akan menggelar T innovation day, yang mempertemukan kalang-
BG.
Era industri 4.0 menuntut
esia untuk terus bertrans- asi, termasuk dalam pene- inovasi. Fenomena dis- digital yang terus terjadi harus dapat diantisipasi, ila kita tidak melakukan si maka kita akan terting-
katanya.
novation day akan digelar
usat Penelitian Iptek di ng, Tangerang Selatan pa- lasa (10/12).
aat ini ekosistem inovasi pakan pendekatan yang ukan BPPT dalam me- katkan kinerja inovasi. m mewujudkannya, dibu- n dukungan para pemang- pentingan melalui kolabo- dan kerja sama untuk hasilkan lingkungan yang ukung aktivitas inovasi.
si
eputi Pengkajian Kebi- Teknologi BPPT, Gatot anto mengungkapkan, kerja sama yang selama ilakukan BPPT dalam orong terciptanya ekosis- novasi meliputi kerja sama si yang dilakukan Pu- Layanan Teknologi antek). Tujuannya adalah menerapkan hasil invensi T ke dalam industri yang
ada.
emudian inkubasi bisnis
asis teknologi oleh Balai ator Teknologi (BIT) un- enciptakan wirausaha ba- rbasis teknologi. Kedua
kerja sama tersebut, dituju- guna menghasilkan calon usaha berbasis teknologi
berdaya saing.
BPPT fokus dalam mela- n inkubasi bisnis, karena nesia butuh kumpulan ca-
engusaha yang mampu hasilkan produk inovasi memiliki nilai komersial,”
Mutu Pendidikan Rendah, LPTK Perlu Direvitalisasi
[JAKARTA] Komisi X DPR bersama
para pakar pendidikan yang terdiri dari rektor dan dosen yang memiliki Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) bersepakat bahwa revitalisasi LPTK negeri dan penataan LPTK swasta perlu dilakukan segera. Dengan itu, lulusan guru berkualitas yang mampu menjawab tantangan global dan revolusi industri 4.0 bisa dihasilkan.
kepribadian baik sehingga tam- pil menarik untuk memikat sis- wa dalam membangun minat belajar,” ujarnya.
Pendapat senada juga disampaikan oleh dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Itje Chadidjah. Dia me- nuturkan, profesi guru di masa mendatang harus diisi oleh put- ra-putri terbaik yang memiliki keinginan dan karakter yang kuat untuk menjadi guru.
Dengan demikian, profesi tersebut betul-betul menjadi contoh dan tidak hanya mela- kukan transformasi dalam pe- ngetahuan tetapi juga nilai- nilai sesuai kebutuhan era revolusi industri 4.0.
“Saat ini pendidikan kita mengalami kepincangan. Kita membutuhkan guru-guru yang mempunyai nilai serta yang mempunyai cara bagaimana mengajak anak untuk memiliki motivasi belajar sehingga anak senang belajar, bukan karena adanya teks,” ujar dia.
Umpan Balik
Sementara itu, pemerhati pendidikan dari Lembaga Pendidikan Cikal, Najelaa Shihab mengatakan, ada dua isu penting dalam mempersi- apkan sumber daya manusia.
Salah satunya adalah transfor- masi sistem asesmen. Menurut Najelaa, yang selama ini hilang dari sistem pendidikan nasio- nal adalah feedback atau um- pan balik.
“Jadi kita semua yang ber- gerak di kebijakan di lapangan bahkan teman-teman di ke- menterian, sebetulnya tidak da- pat umpan balik dari yang se- hari-hari terjadi di kelas,” ujar- nya.
Najeela menuturkan, hasil PISA 2018 yang menempatkan Indonesia di posisi 10 terba- wah ini membuat semua pihak seolah-olah kaget. Padahal, ke- nyataan di lapangan, guru yang bersertifikasi pun belum tentu memiliki kualifikasi. Selain itu, siswa yang memiliki hasil ujian nasional (UN) tinggi ter- nyata tidak siap untuk berkon- tribusi ke dunia industri.
“Isu utama kita adalah feedback. Sistem asesmen dan sistem data yang selama ini ada di sistem pendidikan nasional tidak bisa memberikan gam- baran yang utuh. Sebenarnya apa sih yang terjadi selain da- ta-data di atas kertas yang be- lum tentu sesuai kenyataan,” kata Najelaa.
Ia menuturkan, dalam mengubah mutu pendidikan,
diperlukan asesmen nasional yang betul-betul digunakan un- tuk membantu siswa, pendidik, dan sekolah di daerah untuk meningkatkan kualitasnya. Najelaa menyebut, selama ini fungsi utama asesmen adalah menyalahkan anak, mengor- bankan anak, dan membanding -bandingkan satu sekolah di satu daerah yang sifatnya me- labeli saja, serta tidak membe- rikan kapasitas yang benar- benar dibutuhkan.
“Nah, pada saat bicara sistem asesmen nasional, ba- sisnya bukan kompetensi. Padahal kita sepakat kompe- tensi, tapi kemudian yang kita ukur tujuan semua guru-murid, akuisisi materi hafalan dan konten semata,” ujarnya.
Menurut Najelaa, pemerin- tah sebaiknya memanfaatkan asesmen kompetensi siswa Indonesia (AKSI) yang saat ini telah dikembangkan oleh Ba- dan Penelitian dan Pengem- bangan Kementerian Pendidik- an dan Kebudayaan (Balitbang Kemdikbud). Pasalnya, sistem ini lebih fokus pada kompe- tensi. “Kami membantu Balitbang Kemdikbud me- ngembangkan AKSI. Kami berharap skalanya bisa diper- besar,” ujarnya. [FAT/D-10]
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa mengatakan, untuk meningkatkan mutu pendidik- an saat ini, ada tiga hal perlu diperhatikan yakni guru, siswa, dan infrastruktur. Apalagi ha- sil Programme International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan pendidikan Indonesia berada pada posisi di bawah rata-rata untuk kemam- puan membaca, matematikan, dan sains. Untuk itu, ia mene- gaskan perlu segera dilakukan evaluasi.
“Hasil PISA cukup mem- buat kita terhenyak. Jadi harus ada peningkatan kualitas guru yang dimulai dari calon guru yang dibina LPTK,” kata Sutrisna yang ditemui usai ra- pat dengar pendapat umum an- tara pakar pendidikan dan Komisi X dipimpin oleh Wakil
Ketua Komisi X, Agustina Wilujeng Pramestuti, di ge- dung DPR Jakarta, Kamis (5/12).
Menurut dia, semua kebi- jakan peningkatan kualitas gu- ru seperti program profesi guru (PPG) dan sistem sertifikasi juga perlu ditinjau dan disem- purnakan. Ini termasuk juga mengkaji kebutuhan anggaran untuk mewujudkan LPTK yang unggul.
Sutrisna menyebutkan, di- perlukan kajian menyeluruh karena LPTK dikelola oleh ne- geri dan swasta. Dibutuhkan standarisasi untuk penyeleng- gara LPTK dalam mendidik calon guru sehingga profesi guru menjadi pilihan.
“Profil lulusan guru itu se- lain berkompeten dan punya keinginan, juga harus mempe- sona. Ia harus menampilkan
Suara Pembaruan
a
e
S
a 1
n n
a
n
o
e S u k
a e
g d
n
D n
d d
n
y k
h K
b m e
p g
Gatot.


































































































   1   2   3   4   5