Page 6 - KLIPINGBELMAWA19052019SORE
P. 6
Badan itu telah mencari informasi dan melakukan verifikasi terhadap para mahasiswa yang menjalani program kuliah kerja selama empat bulan sejak Februari 2019.
Tim satgas menemukan ribuan mahasiswa dipekerjakan selama lima hari dan hanya berkuliah dua hari dalam sepekan. Tak hanya itu, para mahasiswa juga wajib untuk kerja lembur hingga pukul 02.00 dini hari.
Menurut informasi yang didapat satgas, para siswa akan dikenakan potongan gaji jika tidak bekerja atau absen setiap harinya. Perihal pendapatan, para mahasiswa disebut mendapat gaji hanya sebesar 500-1.000 yuan atau Rp1 juta-Rp2 juta.
Jumlah tersebut didapat mahasiswa setelah dipotong biaya kuliah sebesar 700 yuan atau Rp1,4 juta.
"Mereka hidup di pabrik secara tidak layak dan mendapat sejumlah perlakuan kasar dalam keadaan paspor ditahan pihak pabrik," bunyi pernyataan PPI Kawasan Asia- Oseania.
Tim satgas melihat mekanisme perekrutan para mahasiswa terorganisir. Eksploitasi itu diduga berawal dari sebuah agen pendidikan di Surabaya yang membuat perekrutan dan menargetkan agar siswa lulusan SMA masuk dalam praktiknya.
Tim satgas PPI tersebut tak mengungkap nama agen tersebut, maupun nama universitas yang menerima ribuan pelajar RI ini.
Kasus ini bukan yang pertama kali dikeluhkan. Pada awal 2019, kasus serupa juga diduga terjadi di Taiwan.
Galant mengatakan PPI China dan PPI Asia-Oseania telah melaporkan dugaan eksploitasi pelajar RI di China, bahkan sebelum kasus di Taiwan ramai dibicarakan.
"Kami sudah lapor sejak tahun lalu bahkan sebelum ramai isu di Taiwan. Kami melaporkan kasus di China sejak awal 2018," kata Galant.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI melalui Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Lalu Muhamad Iqbal, dan Duta Besar RI di Beijing Djauhari Oratmangun belum bisa dimintai keterangan soal laporan ini. Keduanya belum merespons pertanyaan CNNIndonesia.com.
Lihat juga: Soal Eksploitasi Siswa di Taiwan, RI Tak Tahu Ada Agen Ilegal
Pada Januari lalu, sebanyak 300 pelajar RI di salah satu universitas Taiwan diduga