Page 3 - BPPT (13 NOVEMBER 2019 - PAGI)
P. 3
Asep menuturkan tanaman jernang merupakan tanaman endemik yang hidup di hutan Indonesia seperti di hutan sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, dan di Kalimantan. "Itu sangat dibutuhkan untuk pengembangan obat herbal di China," ujarnya.
Menurut Asep, kerja sama tersebut akan mengupayakan peningkatan kualitas Dragon blood sehingga memiliki nilai tambah dan menjadi bahan aktif yang sesuai dengan standar di farmasi di China untuk dijadikan sebagai bahan pengembangan obat herbal di China.
Jika kualitas dan produktivitas dari tanaman jernang dapat ditingkatkan, maka akan ada peningkatan nilai ekspor buah jernang dari Indonesia ke China. dan itu berpotensi sekitar 10 juta dolar AS setiap tahun jika berhasil dikembangkan.
Presiden Direktur PT Nudira Sumberdaya Indonesia Nursyamsu Mahyuddin mengatakan Dragon blood sudah diketahui dan digunakan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, hanya saja belum dimanfaatkan secara luas.
Baca juga: Ilmuwan AS ungkap rahasia herbal China
Baca juga: Pengembangan obat herbal akan gunakan bahan biosintetis
Mereka kebanyakan mengambil buah jernang secara tradisional dari hutan untuk dijual atau dimanfaatkan pribadi.
Karena hidup dan tumbuh di hutan, maka perlu ada sentuhan teknologi untuk mendorong agar tanaman jernang dapat dibudidayakan masyarakat di luar hutan serta meningkatkan mutu buah jernang sehingga menjamin kualitas buah dan ketersediaan suplai untuk ekspor.
"Hampir semua obat China butuh produk ini, sumber Dragon blood adanya di hutan yang suplainya jadi tidak menentu kadang banyak kadang tidak, ini yang harus kita atasi," ujarnya.
Karena pengelolaan tanaman dan buah Dragon blood masih tradisional, maka masyarakat Indonesia tidak mendapat manfaat optimal dan tidak memiliki daya tawar untuk kepastian kualitas buah tersebut sehingga harga buah jernang ditentukan oleh pembeli. Ini tentu merugikan apalagi sampai ke kegiatan ekspor.
Baca juga: Peneliti LIPI: Indonesia sumber potensial penemuan obat baru Baca juga: Tren obat hewan berbahan herbal tekan penggunaan antibiotik
"Melalui kerja sama ini kami berharap kita dapat menemukan cara mengoptimalkan produk itu, sehingga punya nilai jual lebih baik, nilai tambahnya lebih baik," tuturnya.
Kepala Urusan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Head of Science and Technology Affairs) di Kedutaan Besar China untuk Indonesia Xie Chengsuo mengatakan kerja sama itu merupakan salah satu bentuk kerja sama bilateral antara pemerintah baik Indonesia dan China di bidang pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan pembangunan bangsa kedua negara.
"Kami berharap dukungan BPPT dan Zhejiang University dapat mengembangkan teknologi canggih untuk diimplementasikan dalam menciptakan produk baru yang dapat dikomersialisasikan," ujarnya.