Page 5 - KLIPING BELMAWA (14 Juni 2019 - Pagi)
P. 5
Judul
Ini Cara Mahasiswa Unair Mengatasi Spinal Tuberculosis
Media
Sindonews.com - online
Terbit
14 Juni 2019
Tone
Netral
Hal/link
https://jatim.sindonews.com/read/11524/1/ini-cara- mahasiswa-unair-mengatasi-spinal-tuberculosis- 1560445618
PR VALUE
Rp 0
Jurnalis
Ali Masduki
SURABAYA - Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak ditemui di Indonesia. Menurut data yang dirilis WHO, Indonesia menempati peringkat 3 sebagai negera dengan penderita TB terbanyak di dunia. Yakni mencapai 1,2 juta jiwa meninggal akibat penyakit ini.
Berawal dari kondisi tersebut, tiga mahasiswa Teknik Biomedis Universitas Airlangga (Unair) yang terdiri dari Inten Firdhausi Wardhani, Rofi Mega Rizki Samudra, dan Katherine, membuat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) berjudul “Prospek 3D Printing dalam Pembuatan Scaffold Tulang sebagai Penghantar Obat Spinal Tuberculosis”.
Ketua tim penelitian, Inten Firdhausi Wardhani mangatakan, pada era Revolusi Industri 4.0 saat ini sangat memungkinkan untuk membuat suatu inovasi guna mengatasi masalah tersebut. Untuk itu, Inten dan tim ingin memanfaatkan teknologi 3D printing yang merupakan salah satu dari lima teknologi utama yang menopang sistem industri 4.0, sebagai alat untuk mencetak perancah tulang (bone scaffold).
"Penelitian ini berhasil mendapatkan dana hibah yang diberikan oleh Kemenristekdikti melalui program PKM tahun 2018. Berbekal dana tersebut kami melakukan pengembangan ide proposal tersebut di Laboratorium Fisika Material, Fakultas Sains dan Teknologi Unair," katanya.
Mahasiswi angkatan 2016 ini memaparkan, pengembangan yang dilakukannya berupa bone scaffold hasil 3D printing yang diinjeksikan pasta IBS didalamnya. Bone scaffold, lanjut dia, merupakan teknologi yang telah banyak dikembangkan di ranah rekayasa jaringan sebagai ‘rumah’ untuk tumbuhnya jaringan tulang yang baru.
"Dengan menggunakan teknologi 3D printing, bone scaffold dapat didesain sesuai dengan bentuk kerusakan tulang sehingga dapat bermanfaat sebagai penunjang sementara jaringan tulang yang rusak akibat bakteri," paparnya.
Selai itu, kata Inten, bahan yang digunakan juga terbukti aman dan akan terdegradasi oleh cairan tubuh. Pasta IBS sendiri, jelasnya, berperan sebagai pengisi sekaligus obat antibiotik untuk spinal tuberculosis.