Page 302 - 3 Curut Berkacu
P. 302

 284 3 Curut Berkacu
dengan polosnya membuat gue dan Iqbal tertawa.
Bima terlihat sangat antusias, sampai-sampai kebiasaan ngomong sambil makan langsung kumat lagi. “Makanannya dikunyah dulu aja, Bim, baru bicara!” ujar gue karena bingung dia ngomong apa barusan. Iqbal pun menyodorkan air kemasan.
“Sorry, maksud gue, lu keren ya, lu bisa jadi panitia Rainas,” sambungnya sambil meletakkan gelas air kemasan setelah meminumnya.
“Alhamdulillah, Bim, rejeki anak sholeh.”
“Dan, asal lu tahu, gue juga punya dua kesempatan untuk ikut ke acara Rainas itu lho!” lanjut gue dengan senyum lebar.
“Masa sih, kok bisa, Yu?” tanya Iqbal heran.
“Iya, gue juga ditunjuk menjadi tim tenaga kesehatan di Rainas, dan di DKR gue jadi utusan panitia, tapi gue lebih memilih untuk jadi panita aja, Bal!” jelas gue.
Mereka mengangguk hampir bersamaan. Senyum Iqbal yang khas kini tampak, gue melihatnya kembali setelah sekian lama hilang karena memang kami tidak pernah bertemu setelah kejadian itu.
Selama pertemuan kami, gue benar-benar memanfaatkan kesempatan bersama mereka. Kami berbagi cerita tentang aktivitas kami. Tingkah lucu Bima sesekali mengocok perut kami yang masih penuh dengan soto. Bukan Bima, si Badak Jawa, kalau gak kocak.
“Eh, Bim, lu sadar gak kalau maskot Rainas itu mirip lu?”
























































































   300   301   302   303   304