Page 18 - Demo
P. 18

13
  Memanusiakan manusia dengan menata tanpa menggusur
Dalam menangani masalah kumuh, Walikota Surakarta menerapkan prinsip “memanusiakan manusia dengan menata tanpa menggusur.” Sebelumnya Kawasan Semanggi dipenuhi hunian liar dan menjadi kumuh karena warga mendirikan bangunan dengan material seadanya, tidak memenuhi standar teknis. Sebagian besar warga menduduki lokasi drainase sabuk sungai dan tanah milik Balai Besar Bengawan Solo (BBWS), akibatnya air drainase mampet dan menggenangi area sekitar permukiman
selama puluhan tahun. Ada juga warga yang menduduki tanah milik kota.
Metode yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta adalah peremajaan permukimaan dengan cara memindahkan warga dahulu ke tempat hunian sementara (berupa rumah susun), kemudian rumah warga dan permukiman ditata ulang. Jika sudah selesai, warga dikembalikan ke permukiman yang sudah tertata. Tidak ada relokasi warga yang terkena dampak, melainkan penataan ulang permukiman (konsolidasi tanah). Dengan begitu, permukiman menjadi sah dan lebih tertata.
Penataan Jalan Kampung Semanggi
 MERANGKAI KOTA - LEWAT KATA




























































































   16   17   18   19   20