Page 9 - KLIPINGBPPT122019
P. 9

Untuk mengantisipasi hal itu, sebanyak 41 Early Warning System (EWS) telah terpasang di sepanjang di wilayah Cilacap. Tiap bulan juga dilakukan pengetesan untuk mengetahui kondisi alat tersebut.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy mengungkapkan dari total 41 EWS di sepanjang pantai di Cilacap. BPBD telah mengajukan penghapusan sebanyak 10 EWS akibat rusak terkena korosi uap air laut. Kini yang berfungsi hanya 31 EWS, tersebar dilokasi wisata, masjid, musala serta sarana lain yang berdekatan dengan pemukiman warga.
"Setiap bulan, kami melakukan tes peralatan EWS pada tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Sedangkan untuk peralatan EWS milik BMKG yang tergabung dalam Ina- TEWS, diujicoba tanggal 26 setiap bulannya," kata Tri Komara dalam Rakor Penanggulangan Bencana Kabupaten Cilacap, Kamis (31/1/2019).
Ia mengatakan pihaknya telah memetakan daerah rawan tsunami pasca tsunami 2006 tersebut. Pemetaan yang dilakukan BPBD yakni sepanjang garis pantai Cilacap yang tercatat 102 kilometer, 50 kilometer di antaranya masuk kategori zona merah tsunami.
Selain itu ada 9 kecamatan dan 40 desa yang rawan tsunami karena letaknya berhadapan dengan pantai Samudra Hindia. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah rawan mencapai 680 ribu jiwa dari 1,8 juta jiwa total penduduk Cilacap.
"Setelah dilakukan pemetaan daerah rawan bencana, maka dibutuhkan peralatan deteksi dini atau early warning system (EWS). Peralatan EWS tsunami jangkauannya sekitar 1,5 kilometer. Kalau garis pantai di Cilacap sepanjang 102 km, maka setidaknya dibutuhkan 70 EWS yang ditempatkan di daerah tidak jauh dari pemukimn warga," kata Tri Komara.
Selain alat deteksi dini tsunami, kata dia pihaknya juga telah mengajukan anggaran ke pusat untuk membangun semacam perbukitan di sekitar laut sebagai lokasi evakuasi sementara jika terjadi tsunami dengan anggaran mencapai Rp 40 miliar.
"Sudah cukup lama kami mengajukan anggaran ke pemerintah pusat untuk membangun perbukitan terbuka hijau. Namun, sampai sekarang belum ada realisasinya," jelasnya
Sementara itu Widjo Kongko, selaku perekayasa di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengingatkan adanya tumbukan dua lempeng besar di Selatan Jawa yang berpotensi menimbulkan gempa bumi dan tsunami.
"Megathrust khusus yang di Selatan Jawa cukup besar 8,1 SR dulu, tetapi di 2017 sudah direvisi menjadi sekitar 8,8 SR, tapi bisa lebih bisa kurang, kita tidak bisa memastikan," kata Widjo Kongko dalam rakor tersebut.
Dia mengatakan, data tersebut berdasarkan hitungan terakhir dari alat yang


































































































   7   8   9   10   11