Page 2 - KLIPING BELMAWA 24 APRIL PAGI
P. 2
Judul
Menristekdikti: Pendidikan Vokasi Tertinggal karena Masyarakat Fokus Gelar
Media
JPNN
Terbit
24 April 2019
Tone
Netral
Hal/link
https://www.jpnn.com/news/menristekdikti-pendidikan- vokasi-tertinggal-karena-masyarakat-fokus-gelar
PR VALUE
Rp.30.000.000
Jurnalis
Esy/jpnn
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, penguatan mutu pendidikan tinggi vokasi di era revolusi industri 4 sangat penting. Saat ini pemerintah terus mendorong pendidikan vokasi agar bisa menyediakan tenaga profesional.
"Pendidikan vokasi orientasinya harus jelas dan ini sangat penting. Lulusan pendidikan vokasi harus mempunyai sertifikat kompetensi yang dikeluarkan lembaga sertifikat kompetensi," ujar Nasir, Sabtu (20/4).
Dia memaparkan, mutu perguruan tinggi di Indonesia masih di bawah 500 besar dunia dengan angka partisipasi kasar (APK) 34.58 persen tahun 2018. Mahasiswa terdaftar kurang lebih 8 juta, dosen 294 ribu di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Untuk akreditasi perguruan tinggi di Indonesia, yang akreditasi A 93. Sedangkan politeknik yang akreditasi A hanya 6.
"Dalam pendidikan vokasi, dosen harus mempunyai sertifikat kompetensi. Sudahkah dosennya mendapatkan sertifikat kompetensi," tanya Nasir.
Nasir menambahkan, pendidikan vokasi selalu ketinggalan karena masyarakat hanya mencari gelar. Sementara pemerintah abai terhadap pendidikan vokasi di mana banyak aturan yang tidak mendukung. Selain itu industri tidak mau terlibat langsung dalam pendidikan tinggi vokasi.
Dia mengungkapkan, masalah pendidikan tinggi di Indonesia ada empat. Pertama, jumlah perguruan tingi terlalu banyak. Kedua, pendidikan vokasi bukan hal utama. Ketiga, banyak aturan yang tidak mendukung pendidikan vokasi. Empat, secara umum mutu pendidikan belum bagus