Page 177 - KAYA atau MATI...Mbran 1927-2011
P. 177

‘Ohh...gitu maksudnya”, Mbran baru
ngarti setelah Bahrin ngucap barusan.
Kami mohon beribu mohon
Kami mohon beribu ampun dan mohon.
Dari jauh kami menunjung duli
Dari dekat kami mengangkat sembah
Dengan menyusun jari sepuluh
Mohon maaf beribu maaf
Telah dibidalkan oleh orang tua-tua
Telah dipantun yang bijak seni
Tak ada tebu yang tak beruas
Tak ada kayu yang tak berbongkol
Tak ada sungai yang bersampah
Tak ada gading yang tak retak
Tak ada manusia yang tak bersifat khilaf
“Encik-encik. Puan-puan dan tuan-tuan”,
Lanjut Bahrin nyaring dan lantang,
Besar langsat ditepi busut
Besar tak muat didalam peti
Besarlah hajat kami menjemput
Menjadi saksi perkawinan














































































   175   176   177   178   179