Page 153 - Buku Paket Kelas 6 tema 2
P. 153
“Kalau tuan ingin menjadi seorang yang perkasa, tuan harus makan sisa- sisa tulang ikan yang aku makan,” kata makhluk tersebut. Tanpa berpikir panjang, Badang pun makan sisa-sisa tulang ikan yang terserak dekat perangkapnya. Lalu, ia menguji kekuatannya dengan mencoba mencabut sebatang pohon besar. Ternyata berhasil! Ia bahkan bisa mencabut batang pohon tersebut dari tanah, hanya dengan satu tangan. Badang sangat gembira. Ia mengucapkan terima kasih kepada makhluk tersebut. Dalam sekejap, makhluk menyeramkan itu berubah menjadi sosok kakek tua berjangkut putih. “Aku bukanlah makhluk seram seperti yang kau bayangkan. Aku datang untuk menolongmu. Kamu seorang yang baik dan jujur,” kata kakek bijak itu sebelum pergi meninggalkan Badang.
Malam itu, Badang menebas hutan hingga bersih, lalu ia pun pulang. Majikannya heran ketika keesokan hari Badang tidak lagi pergi ke hutan. Ketika Badang memberitahu bahwa pekerjaannya telah selesai, tuannya tidak percaya. Orang Kaya Nira Sura pun memeriksa sendiri ke bukit. Betapa heran ia menemukan bahwa hutan di bukit sudah habis terbabat.
Kagum dengan keperkasaan Badang, maka Orang Kaya Nira Sura membebaskan Badang sebagai hambanya dan mempersembahkannya kepada Raja Temasik. Di Istana, Badang juga melakukan perbuatan perkasa yang mengagumkan. Ketika ia hendak mengambil buah yang diminta oleh permaisuri raja di atas sebuah pohon, dahan yang dipijaknya patah. Badang jatuh menimpa sebuah batu. Batu terbelah dua, namun Badang tidak cedera! Permaisuri melaporkan kejadian tersebut pada Sang Baginda. Sang baginda kagum dan heran. Kekuatan Badang tersebar luas di segala penjuru Temasik, dan sampai juga ke Benua Keling. Mendengar kabar tersebut, Maharaja Keling datang ke Temasik membawa pahlawan kuat dari negaranya, yang bergelar Pahlawan Gagah Perkasa. Ia menawarkan pahlawannya untuk beradu kuat dengan Badang.
Raja Temasik setuju. Maka pertandingan adu kekuatan diadakan di depan para petinggi kerajaan dan di hadapan semua rakyat. Sebuah batu besar diletakkan di hadapan masing-masing raja. Sang Pahlawan Gagah Perkasa dengan segenap kekuatannya mengangkat batu besar di hadapan rajanya. Ia bisa menangkatnya setinggi lutut, kemudian membawanya ke hadapan Maharaja Keling. Riuh rendah tepuk para pendukungnya. Lalu, tiba giliran Badang. Tubuhnya kecil tidak meyakinkan. Tetapi, ternyata Badang dapat mengangkat batu di hadapan Raja Temasik dengan mudahnya, kemudian melemparkan batu tersebut ke Teluk Belanga. Semua yang hadir terpesona dan kagum. Tepuk tangan membahana memuji keperkasaan Badang.
Aku Cinta Membaca 147