Page 58 - Buku Paket Kelas 9 Agama Katolik
P. 58

 A. Keluhuran Martabat Manusia
  54
  Kaum beriman maupun tak beriman hampir sependapat, bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya.
Apakah manusia itu? Di masa silam dan sekarang pun ia mengemukakan banyak pandangan tentang dirinya, berbagai pendapatpun bertentangan. Seringkali ia menyanjung-nyanjung dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak, atau merendahkan diri hingga putus asa, maka ia serba bimbang dan gelisah.
“Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7).
Keluhuran martabat manusia ini perlu dihargai oleh diri manusia sendiri. Penghargaan ini bukan hanya oleh orang lain terhadap diri kita tetapi juga oleh diri kita sendiri. Di dalam kehidupan sehari-hari, ketika seseorang menerima kita apa adanya, kita merasa bahagia. Kita bahagia sebab kita semua memang ingin diterima dan dihargai. Kita akan menjadi kecewa apabila ada orang yang merendahkan diri kita dan menganggap kita seolah-olah tak berharga atau bahkan tak ada. Sikap menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya merupakan sikap menghormati martabat luhur manusia. Namun demikian, kenyataannya masih ada orang yang kurang peduli terhadap nilai luhur hidup manusia, dengan melakukan suatu tindakan yang menunjukkan perendahan terhadap martabat hidup manusia.
Doa
Allah Bapa yang Mahakasih,
kami bersyukur karena Engkau telah menciptakan kami secitra dengan-Mu.
Semoga dengan keluhuran martabat yang kami miliki, mendorong kami untuk memelihara dan menjaganya, sehingga dalam hidup sehari-hari,
kami dapat menghargai orang lain sebagai pribadi.
Demi Keluhuran nama-Mu, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
 Kelas IX SMP






















































































   56   57   58   59   60