Page 35 - Buku Paket Kelas 7 Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti
P. 35
B. Sejarah Penulisan Kitab Suci Tripitaka (Pali)
Pada awalnya, ajaran Buddha Gotama yang kita kenal sekarang ini dilestarikan dengan cara dihafalkan oleh para siswa-Nya dalam bentuk lisan. Hal inilah yang membuat sebagian pihak bahkan sebagian umat Buddha sendiri meragukan keabsahan Kitab Suci Tripitaka. Untuk mematahkan pandangan yang demikian, perlu diketahui bahwa kemampuan daya ingat orang-orang pada zaman sekarang tentulah sangat berbeda dengan daya ingat orang-orang pada zaman ratusan abad silam. Para siswa Buddha Gotama yang bertugas menghafal Kitab Suci Tripitaka telah terbebas dari kekotoran batin karena mereka adalah siswa-siswa utama-Nya yang telah meraih tingkat-tingkat kesucian sehingga dijuluki sebagai makhluk suci (Ariyapuggala). Dengan demikian, mereka dijamin mampu mengingat dan menghafal Kitab Suci Tripitaka dengan sempurna.
Adapun metode yang digunakan untuk penghafalan Kitab Suci Tripitaka adalah dengan cara mengucapkannya secara bersama-sama oleh para siswa-siswa utama tersebut bagaikan koor dalam paduan suara. Dengan cara demikian ini, apabila ada salah satu atau beberapa dari mereka yang cara pengucapannya salah, maka akan mudah diketahui dengan jelas. Hal ini bisa kita amati saat sekarang ketika para bhikkhu sedang mengucapkan Patimokkhasila. Beberapa abad setelah kemangkatan (pencapaian Maha Parinibbana) Buddha Gotama, pertama kali Kitab Suci Agama Buddha ditulis di atas daun lontar melalui Sidang Agung Sangha (Sanghayana) di berbagai tempat.
Dalam rangka menghimpun ajaran Buddha Gotama yang akhirnya dibukukan menjadi Kitab Suci Tirpitaka dengan mengadakan Sidang Agung Sangha yang dikenal dengan nama Sanghayana.
1) Sanghayana Pertama
Sumber: www.dhammaduta.com
Ayo mengamati, ayo bertanya!
Amati gambar di samping lalu buatlah pertanyaan yang berhubungan dengan Sanghayana Pertama!
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
31