Page 56 - Buku Paket Kelas 9 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
P. 56
”Lewat orang tua kita mendapatkan hidup ini, maka kita berhutang budi kepada mereka dan karenanya kita harus merawat baik-baik tubuh ini. Aku gembira dapat melewati perjalanan hidup ini tanpa menderita hukuman yang menjadikan tubuh ini cacat.” Setelah berkata demikian, Zengzi memejamkan mata dan tersenyum lembut, nampak citra kedamaian dan kepuasan di wajahnya. Baginya, badannya ialah seperti cawan suci (tempat sajian sembahyang) yang berisi dirinya, bukan penjara bagi jiwanya.
Sejenak kemudian, Zengzi membuka mata dan berkata,”Tetapi betapa pun pentingnya menjaga dan merawat tubuh, lebih utama lagi ialah menjadi manusia yang bermoral luhur dan jujur-lurus. Laku yang demikian itu juga satu di antara jalan yang terbaik untuk menyatakan hormat kepada orang-tua kita. Demikianlah, sekalipun sudah menjelang akhir hayatnya, Zengzi masih memikirkan orang tuanya dan mengingatkan para peserta didiknya.
Zengzi yang menjadi pewaris dan penerus ajaran Agama Khonghucu yang diemban sebagai misi suci pendidikannya. Nabi Kongzi mengajarkan Zengzi tentang Jalan Suci Yang Satu Yang Menembusi Semuanya, yang dijabarkan Zengzi sebagai ajaran tentang satya (zhong) dan tepasalira (shu). Satya ialah patuh-takwa menegakkan firman Tuhan Yang Maha Esa (Tian Ming) yang menjadi watak sejati (xing) manusia; di dalamnya terkandung karunia: benih- benih Kebajikan, yang antara lain cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan (ren, yi, li, zhi); Satya juga bermakna menjaga hati, merawat watak sejati agar batin manusia di dalam jalan suci (dao), hidup menggemilangkan Kebajikan yang menjadi kuasa dan kemuliaan Tian, dan mengamalkan sebaik-baiknya sebagai penggenapan. Satya itu vertikal menjalinkan manusia kepada Tian, Khaliknya.
48
Kelas IX SMP