Page 172 - Buku Paket Kelas 12 Agama Hindu
P. 172
menjadi dua; pragmatis dan idealistis. Mengontrol kekuatan alam adalah salah satu tujuan pragmatis. Hal ini biasanya dilakukan oleh raja yang mempraktikkan sistem kalacakrayana dalam usaha melindungi rakyatnya, memberikan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian.
Di Indonesia dikenal ada tiga jenis tantra yaitu;
Bhairava Heruka di Padang Lawas, Sumatra Barat;
Bhairava kalacakra yang dipraktikkan oleh raja
ketanegara dari Singasari dan Adtityawarman
dari Sumatra yang sezaman dengan Gajah Mada
di Majapahit; dan Bharavia Bhima di Bali. Arca
Bharavia Bima terdapat di Pura Edan, Bedulu,
Gianyar Bali. Menurut prasasti Palembang,
Tantrayana masuk ke Indonesia melalui
kerajaan Sriwijaya di Sumatra pada adab ke-7.
Kalacakratantra memegang peranan penting dalam
unifikasi siwaisme dan buddhaisme, karena dalam
tantra ini Siwa dan Buddha, diunifikasikan menjadi
siwa-buddha. Konsep Ardhanariswari memegang
peranan yang sangat penting dalam Kalacakratantra.
Kalacakratantra mencoba menjelaskan penciptaan
dan kekuatan alam dengan penyatuan Devi Kali
yang mengerikan, tidak hanya dengan Dhyani Buddha, melainkan juga dengan adi Buddha sendiri. Kalacakratantra mempunyai berbagai sebutan dalam sekta tantra yang lain seperti; Hewarja, Kalacakra, Acala, Cakra Sambara, Vajrabairava, Yamari, Candama harosama dan berbagai bentuk Heruka.
Di dalam tantrayana ritual adalah elemen utama untuk merealisaikan kebenaran tertinggi. John Woodroffe mengatakan, ritual adalah sebuah seni keagamaan. Seni adalah bentuk luar materi sebagai ekspresi dari ide-ide yang berdasarkan intelektual dan dirasakan secara emosional. Seni ritual berhubungan dengan ekspresi ide-ide dan perasaan tersebut yang secara khusus disebut religius. Ini adalah suatu cara, dengan mana kebenaran religious ditampilkan, dan dapat dimengerti dalam bentuk material dan simbol-simbol oleh pikiran. Ini berhubungan dengan semua manifestasi alam dalam wujud keindahan, dimana untuk beberapa alasan, Tuhan memperlihatkan diri Beliau sendiri. Tetapi ini tidak terbatas hanya untuk tujuan itu semata-mata. Artinya, dengan seni religius sebagai alat pikiran yang ditransformasikan dan di sucikan.
Sumber: http://blog/ putrasanjaya/11-07-2012’
Gambar 3.6 Patung Tantra
162 Kelas XII SMA/SMK