Page 88 - Buku Paket Kelas 12 Agama Hindu
P. 88
sungai Yamuna terus meluas sampai ke lembah sungai Gangga yang penduduknya bermata pencahariaan sebagai pedagang. Sehubungan dengan itu maka kehidupan mereka beragama lebih menekankan pada hal- hal yang bersifat filosofis dari pada pelaksanaan upacara. Dengan demikian munculah diskusi-diskusi keagamaan antara para Maha Rsi sebagai guru dengan para siswanya. Dari para siswanya yang selalu aktif mendalami agama dengan metode diskusi akhirnya menimbulkan perkembangan filsafat Hindu yang lebih menekankan pada aspek jnana.
Dalam diskusi para siswa duduk dibawah dekat kaki guru kerohanian atau para Maha Rsi. Para Maha Rsi memberikan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh para siswanya dengan tetap berpedoman pada ajaran kitab suci Weda. Dengan demikian kebenaran yang didapat oleh para siswa kerohanian itu tidak perlu diragukan. Cara pendalaman ajaran agama dengan berdiskusi seperti itu disebut Upanisad. Periode ini dikatakan berkembang ± tahun 800 – 300 SM (Team Penyusun ”Buku Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi” Anuman Sakti, 1996). Fase perkembangan fisafat Hindu pada masa itu disebut dengan zaman Upanisad. Pada masa ini pulalah bermunculan berbagai macam kitab-kitab upanisad.
Kitab Upanisad merupakan bagian Jnana kanda dari kitab weda sruti, yang isinya bersifat ilmiah, spekulatif, tetapi tetap pada ruang lingkup keagamaan. Pada umumnya kitab-kitab upanisad berisi pembahasan tentang hakekat Brahman, atman, hubungan Brahman dengan atman, hakikat maya, hakikat widya, serta mengenai moksa atau kelepasan. Pandangan yang menonjol dalam ajaran upanisad adalah mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam ini dialirkan dari satu azas, satu realitias tertinggi yang tidak dapat dilihat, tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat ditangkap oleh akal manusia, tetapi melingkupi segala yang ada di alam semesta ini. Itulah yang disebut dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Brahman itulah yang dipandang sebagai pusat, awal, dan berakhirnya segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, serta bersifat transenden dan imanen.
Transenden berarti Brahman ada di luar batas alam pikir manusia, sedangkan imanen berarti Brahman ada di dalam batas pikir manusia. Dalam kitab Brhad Aranyaka Upanisad disebutkan Brahman itu bersifat Neti-neti, artinya bukan kasar, bukan pendek, bukan panjang, bukan bayangan, bukan kegelapan, bukan hawa, tanpa ukuran, tanpa lahir, tanpa bhatin, dan sejenisnya. Dari pernyataan ini dapatlah dikemukakan bahwa Brahman bukanlah suatu substansi dan bukan tidak memiliki sifat-sifat.
Brahman memiliki sifat Sat Cit Ananda, yang artinya keberadaan,
78
Kelas XII SMA/SMK