Page 99 - Buku Paket Kelas 12 Agama Hindu
P. 99
Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sanskerta dan memakai huruf Pallawa. Bersumberkan prasasti-prasasti itu didapatkan keterangan yang menyebutkkan bahwa ”Raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara menganut agama Hindu. Beliau adalah raja yang gagah berani yang dilukiskan dengan tapak kakinya yang disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”. Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kehidupan masyarakat Tarumanegara tak jauh beda dengan Kutai. Menurut sebuah prasastinya, kehidupan social masyarakatnya telah berkembang baik, terlihat dari penggalian kanal (sungai yang digali) Gomati dan Candrabhaga secara gotong-royong. Tenaga kerja yang diperintah menggali kanal tersebut biasanya dari golongan budak dan kaum sudra. Pembangunan kanal Gomati dan Candrabaga begitu bermakna bagi perekonomian Tarumanegara. Selain sebagai sarana pencegah banjir, juga dapat dipergunakan sebagai sarana transportasi (lalu lintas) air dan perdagangan antara pedagang Tarumanegara dengan pedagang daerah lain. Hasil bumi merupakan komoditas utama. Melalui perdagangan, masyarakat Tarumanegara dapat memperoleh barang yang tidak dihasilkan di kerajaannya. Kehidupan ekonomi Tarumanegara bertumpu pada hasil ladang dan kebun. Barang yang ditawarkan adalah beras dan kayu jati. Mayoritas rakyat Tarumanegara adalah peladang. Karena masyarakat peladang selalu berpindah-pindah tempat. Ini berbeda dengan masyarakat petani yang selalu menetap di satu tempat, misalnya seperti di Jawa Tengah dan Timur.
Kehidupan sosial-ekonomi Kendan-Galuh tidak jauh beda dengan Tarumanegara. Masyarakatnya berprofesi sebagai peladang. Agama yang dianut bangsawan adalah Hindu-Wisnu, sedangkan rakyatnya mayoritas menganut animisme dan dinamisme. Sementara itu, sistem transportasi pada masa Kendan dan Galuh diperkirakan dilakukan melalui Sungai Cimanuk dan pelabuhan tua di pesisir pantai utara, contohnya di sekitar Indramayu dan Cirebon. Sementara itu mengenai masalah tenaga kerja, baik pegawai
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 89