Page 116 - Buku Paket Kelas 8 Seni Budaya
P. 116

          Mengenal Tokoh Pantomim
Jemek Supardi menekuni bidang pantomim hingga dia merasa bahwa pantomim adalah bagian dari hidupnya. Menurut Jemek, di Indonesia ini belum ada orang yang secara konsisten menekuni bidang tersebut. Pria kelahiran Yogyakarta, 14 Maret 1953 ini semula menekuni teater tetapi kemudian dia merasa ada kekurangan dalam dirinya untuk mendalami bidang tersebut, terutama dalam hal menghapal naskah. Ia pun lantas menjatuhkan pilihan pada seni pantomim yang lebih meng- andalkan gerak tubuh. Pantomim telah ditekuni selama kurang lebih tiga puluh tahun.
Sepanjang waktu itu, tidak terbersit pikirannya berpindah profesi demi memegang teguh prinsip dan konsistensinya pada pilihan hidup, yakni berpantomim. Jemek menempuh pendidikan dasarnya hingga ber- akhir di SMSR. Selanjutnya, ia lebih fokus pada dunia teater, terutama pantomim. Keahlian itu ia dapatkan sendiri atau belajar secara otodidak. Ia menciptakan seni dalam bahasa gerak berdasarkan imajinasinya. Tidak ada tokoh yang memberi ilmu tentang pantomim kepada Jemek. Karya seni pantomim Jemek Supardi biasanya dibawakan tunggal dan kolektif. Selama 35 berkesenian banyak karya telah dilahirkan, antara lain: Sketsa-
sketsa Kecil (1979), Dokter
Bedah (1981), Perjalanan
hidup dalam gerak (1982),
Jemek dan Laboratori-
um, Jemek dan teklek,
Jemek dan Katak, Jemek
dan Pematung, Arwah Pak
Wongso, Perahu Nabi Nuh
(1984), Lingkar-lingkar,
Air, Sedia Payung Sesudah
Hujan, Adam dan Hawa,
Terminal-terminal, Ma-
nusia Batu (1986), Kepyoh
(1987), Patung selamat
datang, Pengalaman
Pertama, Balada Tukang
beca, Halusinasi, Stasiun,
   108
SMP/MTs Kelas VIII
         












































































   114   115   116   117   118