Page 43 - Buku Paket Kelas 8 Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti
P. 43

                Mereka berguru kepada seorang guru terkenal bernama Sañjaya, tetapi tidak sesuai yang diharapkan. Akhirnya, mereka berdua berjanji bahwa siapa di antara mereka yang kelak lebih dulu memperoleh Ajaran Sempurna, dia akan memberitahukan hal itu kepada lainnya. Sariputta lebih dahulu menemukan guru spiritual, yaitu Assaji. Segera setelah Sariputta bertemu dengan Y.A. Assaji, ia menemui Moggallana dan menyampaikan peristiwa yang dialaminya. Ia mengulangi syair yang diucapkan oleh Y.A. Assaji. Seketika itu pula, Moggallana memperoleh kesucian Sotapanna. Mereka berdua ditahbiskan Buddha menjadi bhikkhu dengan kata-kata “Ehi Bhikkhu”, artinya datanglah bhikkhu.
Lima belas hari setelah ditahbiskan, Sariputta pun menjadi seorang Arahat. Sariputra sangat ahli dalam mengajarkan tentang sebab-akibat, Empat Kebenaran Mulia, dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Beliau amat pandai menguraikan dengan rinci intisari ajaran Buddha kepada orang lain. Buddha berujar:
“Bila kalian meninggalkan kehidupan keduniawian dan menjadi bhikkhu, kalian harus seperti Sariputta dan Moggallana. Berusahalah untuk mendekati dan meminta mereka untuk mengajarimu.”
Y.A. Sariputta menjaga dan mempertahankan kemurnian ajaran Buddha. Oleh karena itu, Y.A. Sariputta disebut sebagai Panglima Dharma (Dhammasenapati), sedangkan Buddha adalah Raja Dharma (Dhammaraja).
Enam bulan sebelum Buddha wafat, Y.A. Sariputta memohon izin kepada Buddha untuk Parinibbana (wafat). Y.A. Sariputta pulang ke Desa Nalaka yang merupakan tempat kelahirannya. Para dewa dan brahma mengunjunginya sehingga membuat ibunya takjub karena brahma yang dipujanya ternyata menghormati putranya.
Pada saat itulah, Y.A. Sariputta membalas budi kepada ibunya dengan cara mengajarkan Dharma sehingga membuatnya yakin kepada Triratna. Kepada seorang bhikkhu yang ikut bersamanya Y.A. Sariputta berkata:
“Saya telah bersama-sama denganmu selama lebih dari empat puluh tahun. Kalau saya mempunyai kesalahan, maafkanlah saya.”
Itulah kata-katanya yang terakhir. Malam itu Y.A. Sariputta merebahkan dirinya di tempat tidur dan dengan tenang Beliau Parinibbana. Relik Beliau dibawa ke Savatthi dan Buddha memerintahkan membuat cetiya untuk menyimpan reliknya.
  Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 37


























































































   41   42   43   44   45