Page 57 - Buku Paket Kelas 5 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
P. 57

        melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur.”
Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam..., kemudian dia berkata kepada petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”
Petani menjawab batang bambu itu, “Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”
Akhirnya batang bambu itu berserah diri, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki.”
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.
(sumber: catatannyasulung.wordpress.com/2012/08/04)
 Belajar dari Ketaatan Sebatang Bambu
a. Bagaimana perasaanmu setelah mendengar cerita tersebut?
b. Apa yang dilakukan petani terhadap bambu tersebut?
c. Bagaimana bambu menunjukkan ketaatannya pada petani?
d. Menurut kisah tersebut, apa jasa dan buah pengorbanan bambu tersebut?
Penjelasan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
 Ada berbagai perasaan yang muncul setelah mendengar cerita tersebut. Ada yang merasa sedih, bangga, salut, dan lain-lain. Petani menebang, memotong, membelah, dan menempatkan bambu tersebut sebagai saluran air untuk mengairi sawah. Meskipun berat dan menyakitkan, bambu taat kepada rencana dan rancangan petani. Ia menyerahkan dirinya untuk ditebang, dipotong, dibelah dan dibentuk sesuai rencana petani. Atas jasa dan pengorbanannya, sawah yang kurang subur dapat menghasilkan tanaman serta buah yang melimpah. Bambu tentu merasa tidak sia-sia, bahkan merasa bangga karena pengorbanan dirinya menjadi berkat bagi petani dan orang-orang di sekitarnya.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti | 49
         



















































































   55   56   57   58   59