Page 352 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 352

K omite Nasional  Indonesia Pusa t
                                                                                                       1945 – 1949


                                                   kesempatan bagi anggota untuk menyampaikan gagasannya. Setelah
                                                   pembahasan selesai, ketua mengatur persiapan yang  diperlukan
                                                   untuk mengambil suara, baik secara lisan maupun tertulis, apabila
                                                   persoalannya menyangkut individu tertentu. Pemungutan suara
                                                   secara lisan dilakukan dengan memanggil para anggota seorang
                                                   demi seorang. Saat namanya dipanggil, anggota itu berkewajiban
                                                   memberikan suaranya dengan kata-kata “setuju” atau “tidak setuju”,
                                                   dan tidak diperbolehkan untuk “abstain”. Pengambilan suara ini dapat
                                                   pula diadakan secara duduk atau berdiri.  Para anggota yang berdiri
                                                                                         595
                                                   pada saat mekanisme ini dijalankan berarti setuju, sedangkan yang
                                                   duduk berarti tidak setuju. Keputusan dianggap sah apabila tercapai
                                                   suara terbanyak yang mutlak, dengan memperhatikan kuorum. Apabila
                                                   jumlah suara yang setuju sama banyaknya dengan jumlah suara yang

                         Pengambilan               tidak setuju, maka pemungutan suara harus diulang. Apabila sampai
                        suara ini dapat            dua kali pengulangan pemungutan suara hasilnya tetap sama, maka
                                                   diadakan suatu pengundian untuk memperoleh keputusan.
                        pula diadakan                    Dalam peraturan tata tertib tahun 1947 ini, terdapat pula
                   secara duduk atau               ketentuan tentang bagaimana cara anggota KNIP mempergunakan “hak

                                  berdiri.         demokratis”-nya sebagai anggota kamar legislatif, walaupun belum ada
                                                   peraturan UU yang mengukuhkan akan hal ini. Hak-hak yang dimiliki
                                                   oleh anggota KNIP, seperti yang tertulis dalam tata tertib BP KNIP
                                                   tahun 1947, antara lain:
                                                         1.   Hak memajukan suatu usulan;
                                                         2.  Hak mengadakan penyelidikan atas suatu permasalahan;
                                                         3.  Hak interpelasi; dan
                                                         4.  Hak untuk memberikan pertanyaan kepada pemerintah. 596
                                                         Satu hal menarik yang juga dijelaskan dalam tata tertib rapat
                                                   dan sidang BP KNIP tahun 1947 adalah mengenai peraturan bagi BP
                                                   KNIP dalam hubungannya kepada masyarakat, dengan pokok-pokok
                                                   sebagai berikut:
                                                         1.   Pada masa BP KNIP melakukan sidang, disediakan waktu
                                                            selama satu hari untuk menerima rakyat yang ingin
                                                            menyampaikan keluhan, keberatan, pendapat, atau usul;
                                                         2.   Seksi yang berkaitan dengan keluhan, keberatan, pendapat,
                                                            atau usul itulah yang berkewajiban dalam menerima dan
                                                            menjawab masyarakat;
                                                         3.  Dalam Sidang Pleno BP KNIP, masyarakat atau peninjau tidak


                                                   595  Seperempat Abad DPR RI, Op.Cit., hlm. 54
                                                   596  ANRI, Dokumen KNIP, No. 79 (1947)




                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   351
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   351                                                               11/18/19   4:52 AM
   347   348   349   350   351   352   353   354   355   356   357