Page 127 - BUKU JUDICAL RIVIEW PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI ATAS PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
P. 127

akan tetapi  dalam  pokok  permohonan berpendapat  tidak  beralasan menurut         quo.
                hukum, sehingga  permohonan  Pemohon ditolak.  Adapun Hakim  Konstitusi             [3.7]  Menimbang  bahwa  meskipun  Mahkamah  berwenang  mengadili
                Suhartoyo dan Hakim Konstitusi Saldi Isra berpendapat Pemohon perseorangan          permohonan  a quo,  namun dikarenakan  Pemohon tidak  memiliki kedudukan
                memiliki  kedudukan hukum dan dalam  pokok  permohonan berpendapat                  hukum   untuk  mengajukan  permohonan  a   quo,  Mahkamah  tidak
                beralasan menurut hukum, sehingga mengabulkan permohonan Pemohon.                   mempertimbangkan pokok permohonan.
                [3.6.3]  Bahwa berdasakan pertimbangan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
                66/PUU-XIX/2021 tersebut, berkenaan dengan kedudukan hukum Pemohon               F.  AMAR PUTUSAN
                sebagai perseorangan warga negara yang memiliki hak untuk memilih sehingga          Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.
                merasa dirugikan hak konstitusionalnya dengan berlakunya pasal a quo karena
                membatasi  hak  konstitusional  Pemohon untuk mendapatkan  calon  alternatif     G.  PENUTUP
                Presiden dan  Wakil  Presiden,  menurut  Mahkamah,  hal tersebut  tidaklah          Bahwa Putusan MK merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat (tidak
                beralasan,  karena Pemohon telah  mengetahui  hasil  hak  pilihnya dalam  pemilu    ada  upaya  hukum lain yang dapat  ditempuh)  serta  langsung memperoleh
                legislatif  tahun 2019  akan digunakan juga  sebagai bagian dari  persyaratan       kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk
                ambang batas pencalonan Presiden pada tahun 2024 yang hanya dapat diusulkan         umum dan bersifat erga omnes (berlaku bagi setiap orang) yang wajib dipatuhi
                oleh partai  politik atau  gabungan  partai  politik peserta  pemilu,  sehingga tidak   dan langsung dilaksanakan (self executing) oleh seluruh organ  penyelenggara
                terdapat kerugian konstitusional yang dialami oleh Pemohon. Persoalan jumlah        negara, organ penegak hukum, dan warga Negara. Oleh karena itu, Putusan MK
                pasangan calon Presiden  dan Wakil Presiden  yang akan berkontestasi  dalam         dalam Perkara Nomor 7/PUU-XX/2017 yang menyatakan permohonan Pemohon
                pemilihan  Presiden dan  Wakil  Presiden  tidak  berkorelasi dengan norma Pasal     tidak dapat diterima sepanjang pengujian Pasal 222 UU 7/2017  mengandung arti
                222 UU  7/2017  karena  norma  a quo  tidak membatasi  jumlah  pasangan calon       bahwa ketentuan pasal a quo tidak bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945
                Presiden dan  Wakil  Presiden yang  berhak mengikuti  pemilihan  Presiden dan       dan tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat.
                Wakil  Presiden. Dengan demikian,  selain Pemohon tidak  memiliki  kerugian
                konstitusional dengan  berlakunya  norma  Pasal 222  UU 7/2017,  tidak terdapat
                hubungan sebab akibat norma a quo dengan hak konstitusional Pemohon sebagai
                pemilih dalam pemilu.
                      Adapun berkenaan dengan uraian argumentasi Pemohon terkait adanya
                anggapan kerugian hak  konstitusional  Pemohon sebagai  ASN  in casu  PNS
                Sekretariat  Jenderal  DPD RI [vide  Risalah Sidang  Pemeriksaan Pendahuluan                PUSAT PEMANTAUAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
                tanggal 24 Januari 2022] yang menurut Pemohon secara spesifik atau aktual atau                              BADAN KEAHLIAN
                setidak-tidaknya potensial merugikan  hak  konstitusional Pemohon  akibat                             SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI
                berlakunya Pasal 222 UU  7/2017.  Mahkamah  tidak  dapat  meyakini  Pemohon                                      2022
                secara  aktual  maupun potensial  mengalami kerugian konstitusional karena
                berlakunya pasal a quo, terlebih lagi, Pemohon sama sekali tidak menyampaikan
                alat bukti lain terkait dengan dukungan atau dicalonkan sebagai Presiden atau
                Wakil Presiden  dari partai politik  atau gabungan partai  politik serta  tidak
                terdapat  bukti yang berkenaan dengan  syarat pencalonan. Oleh karena itu,
                menurut Mahkamah, tidak  terdapat  kerugian  konstitusional sebagaimana yang
                dimaksud oleh Pemohon, seandainya Pemohon didukung oleh partai politik atau
                gabungan partai  politik untuk mencalonkan diri  sebagai  Presiden  dan Wakil
                Presiden  maka  semestinya Pemohon menunjukkan bukti dukungan itu kepada
                Mahkamah.
                      Berdasarkan  seluruh pertimbangan di  atas,  menurut Mahkamah,
                Pemohon  tidak memiliki  kedudukan  hukum  untuk mengajukan  permohonan  a


                                             130
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132