Page 78 - MAJALAH 168
P. 78
Pojok Parle
Masih sedikit masyarakat Aneka Keunikan
yang mengetahui
secara detail terhadap
masyarakat adat Suku Baduy
Baduy. Yang sering
dilihat, beberapa orang
berpakaian khas hitam-
hitam atau putih-putih
dengan ikat kepala dengan
warna yang sama, berjalan
kaki tanpa alas, berkeliling
menjajakan madu.
ekilas tentu merasa kasihan,
tetapi ternyata masih
banyak hal khusus yang
Sdilakukan dan menjadi adat
istiadat yang hingga sekarang tetap
dipegang teguh.
Itulah antara lain yang terungkap
saat Tim Komisi II DPR RI dipimpin
Wakil Ketua Herman Khaeron
mengunjungi Kabupaten Lebak dan
mengunjungi suku Baduy Luar di
Ciboleger baru-baru ini. Menurut FOTO : MASTUR
Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi,
kenapa orang Baduy tidak pakai
sandal, memang seperti itu adat Wakil Ketua Komisi II DPR RI Herman Khaeron bersama warga Baduy
mereka, patuh dan taat kepada penjualan souvenir, hasil pertanian meningkatkan soal kesehatan
Puun atau Pimpinan Adat. dan madu untuk meningkatkan dan pendidikan. Akibatnya, angka
Masyarakat Baduy terdiri dua ekonomi mereka. buta huruf di Lebak tidak pernah
komunitas Baduy Luar dan Baduy Dalam penggunaan dana akan tuntas, karena anak dilarang
Dalam. Ada tiga yakni Cibeong, desa, orang Baduy menggariskan sekolah. Tidak kurang akal, Pemkab
Cikersik dan Kertawana di Baduy tidak boleh untuk membangun Lebak terus mengajak anak Baduy
Dalam, dengan ciri khasnya jalan. Hanya boleh jalan setapak, sekolah, tekniknya menyiapkan
berpakaian putih-putih dan tidak itupun dari batu saja, sehingga ganti baju lalu masuk sekolah tanpa
pakai sandal. Hukum adat di Baduy anggaran yang diberikan dianggap sepengetahuan orang tuanya.
Dalam sangat kental, walaupun terlalu banyak dan dikembalikan Begitu juga kesehatan masih
berada jauh dari Banten, dan tidak ke Pemda. Keunikan lain, saat menjadi masalah, lantaran tidak
dilihat oleh Kepala Adat tak berani Pemkab mau menetapkan obyek ada Puskesmas, diperbolehkan
langgar aturan - jiwanya kuat. Itu di wisata Baduy, mereka protes. “Kami membangun tapi di luar tanah suku
luar batas kewajaran orang biasa. Ke bukan obyek wisata, tapi adat Baduy.
Jakarta pun pasti jalan kaki, berbeda Baduy. Akhirnya kami nurut saja, Partisipasi dalam pemilu,
Baduy Luar bisa naik angkot dan karena banyak komplain,” tutur Ade populasi masyarakat Baduy sekitar
kendaraan lain. mengutip sikap suku Baduy. 30 ribu orang dan yang memiliki
Kegiatan ekonomi Baduy Dalam Begitu juga data di KTP, agama hak pilih 11 ribu orang. Pemerintah
banyak ditunjang dengan menjual mereka Sunda Wiwitan, dan sempat kesulitan lantaran mereka menolak
madu dan pertanian. Pemda Lebak membuat repot. “Dulu masih dibuat TPS di wilayahnya. Boleh
menyiapkan pasar di luar wilayahnya manual, ditulis saja agama Sunda dibangun TPS di satu tempat dan
karena bagi orang Baduy, patok Wiwitan, sekarang dengan e-KTP akhirnya dibangun di areal lapangan.
atau batas tanah mereka sedikitpun tidak bisa. Tapi sekarang mereka “Kemauannya kita ikuti, dari pada
tak boleh diganggu, tidak boleh lega karena sudah tertera kolom dicoblosin orang lain, namun kini tak
ada pasar atau Puskesmas. Pemda budaya di e-KTP nya,” ujarnya. ada masalah, mereka sudah sadar
membangun pasar di Ciboleger dan Pemkab Lebak juga kesulitan
disiapkan dua lokasi lagi untuk politik,” tutup Ade. mp/es
78 PARLEMENTARIA 168 XLVIII 2018