Page 100 - Stabilitas Edisi 186 Tahun 2022
P. 100

KOLOM

                                        Syarif Fadilah
                                        Pemimpin Redaksi Majalah STABILITAS






                                                                               bisa dilepaskan dari kenaian harga
               Gejala Serius                                                   minyak mentah dunia. Pemerintah
                                                                               mengasumsikan bahwa harga akan
                                                                               berkisar di level 63 dollar AS per barel.
                                                                               Pada kenyataannya harga internasional
                                                                               sudah menembus 100 dollar AS. Makin
                                                                               mahal selisihnya makin besar uang yang
                        konomi terus bergerak.     menganggap serius kondisi   harus dikeluarkan Pertamina.
                        Seiring dengan pemulihan   ini, meski sudah dibarengi     Bahkan kenaikan harga minyak
                        yang tengah berlangsung,   oleh normalisasi kebijakan   kali ini diprediksi akan mencapai 200
               Eputaran roda ekonomi terlihat      moneter AS. Bank Indonesia   dollar AS perbarel. Kenaikan tersebut
               makin cepat. Memang masih belum     “hanya” meresponsnya dengan   tentu akan menyebabkan impor makin
               seperti sebelum krisis pandemi 3 tahun   menaikkan setoran wajib bank-  mahal dan akan mengganggu neraca
               lalu, karena masih ada kekhawatiran   bank, tidak ada penyesuaian   perdagangan dan transaksi berjalan
               munculnya varian baru wabah dan itu   pada suku bunga moneter.  Indonesia yang pada akhirnya bisa
               membuat semua orang menjadi sangat     Beberapa bulan berlalu,   mengganggu nilai tukar rupiah.
               berhati-hati. Semua orang berfokus pada   kisruh Rusia-Ukraina     Belum lagi jika dilihat dari sisi
               hal-hal yang mereka bisa kendalikan,   ternyata naik level sehingga   moneter ketika The Federal Reserve
               padahal lebih banyak faktor di luar   menimbulkan risiko baru   diperkirakan akan lebih massif dalam
               mereka yang tidak bisa dikendalikan.   yang tidak diperhitungkan   menaikkan bunga acuan. Biasanya Fed
                  Apalagi setelah pandemi mulai terasa   sebelumnya. Sektor energi   Fund Rate dinaikkan dalam besaran 25
               melunak, ancaman lain sudah keburu   terlihat makin tidak terkendali   basis poin maksimal. Tetapi kali ini bank
               datang: krisis geopolitik di Eropa Timur.   dan harga minyak dunia terus   sentral AS menaikkannya dalam besaran
               Bahkan –tidak berlebihan, jika kita   melonjak. Bank sentral AS   50 basis poin, dan hal itu diprediksi akan
               menganggap kisruh politik antara Rusia   malah bikin kejutan itu makin   berlangsung beberapa kali pada tahun
               dan Ukraina yang kemudian diintervensi   besar karena menaikkan suku   ini.
               oleh hampir semua negara barat, akan   bunga acuannya dengan besaran   Hal itu tentu harus sudah dapat
               menghadirkan ancaman serius lain pada   yang lebih tinggi dari kebiasaan   perhatian serius dari Bank Indonesia jika
               ekonomi.                            mereka selama ini.          tidak ingin dianggap behind the curve.
                  Awalnya memang otoritas –terutama   Tentu saja beban untuk   BI harus menyiapkan kebijakan lanjutan
               di sektor moneter, tidak terlalu    perekonomian Indonesia      yang lebih efektif untuk mengantisipasi
                                                   akan bertambah berat. Tanda-  risiko kenaikan Fed Fund Rate yang
                                                   tandanya sudah muncul ketika   massif.
                                                   Menteri Keuangan Sri Mulyani   Gejala-gejala tersebut harus menjadi
                                                   Indrawati mengungkap        perhatian serius dan ditanggapi dengan
                                                   sebuah fakta mengagetkan    langkah yang optimal. Kita tentu tidak
                                                   bahwa Pertamina diprediksi   ingin terjerembab dalam kubangan krisis
                                                   akan mengalami defisit Rp190   lagi, karena abai dengan gejala-gejala
                                                   triliun sepanjang tahun 2022.   awal yang semestinya bisa disembuhkan
                                                   Sementara defisitnya pada   sejak dini. Bisa jadi itu adalah tanda awal
                                                   2021 yang mencapai Rp109    dari krisis baru.
                                                   triliun juga belum dibayarkan   Pemerintah harus mengurangi
                                                   pemerintah. Tagihan pertamina   kesibukannya mengurusi kampanye
                                                   kepada Pemerintah totalnya   pemilihan presiden 2024 dan fokus
                                                   Rp299 triliun sampai Desember   menangani gejolak ini mumpung belum
                                                   2022 nanti.                 jadi masalah besar. Jika sudah meledak,
                                                      Kondisi ini tentu tidak   semua mungkin sudah terlambat.*


        100   Edisi 186 / 2022 / Th.XV    www.stabilitas.id
   95   96   97   98   99   100   101   102