Page 94 - Stabilitas Edisi 206 Tahun 2024
P. 94

KOLOM

                                        Syarif Fadilah
                                        Pemimpin Redaksi Majalah STABILITAS






                               Berbohong                                       lembaga itu bertanggung jawab dengan
                                                                               menjelaskan metode ilmiah dari teknik
                                                                               riset itu, dan itu sesuai dengan kaidah
                                                                               yang ada.
                                                                                  Memang jarang sekali ada yang bisa
                            ark Twain, seorang                                 mendebat pernyataan lembaga survei
                            pengarang fiksi terkenal                           itu ketika mereka menjabarkan metode
                            asal AS, pernah menulis,                           dan hasil penelitiannya. Namun dalam
               Mthere are three lies: lies,                                    buku “Berbohong dengan Statistik”
               damned lies, and statistic. Ungkapan                            karangan Darel Huff, publik bisa sedikit
               yang terkenal itu sering dikaitkan                              menyanggahnya, atau setidaknya
               dengan Benjamin Disraeli, seorang                               mengkritisinya.
               bangsawan, politikus, dan penulis dari                             Salah satunya adalah pada sisi
               Inggris yang hidup di abad ke-19. Namun                         sampel. Publik tidak pernah tahu sebaran
               demikian, nama pertama dinilai yang                             sampel sebenarnya yang dilakukan dalam
               mempopulerkannya.                                               penelitian itu. Padahal dalam praktik itu
                  Di era ketika informasi menjadi                              bisa saja terjadi bias.
               seperti gelombang tsunami yang tidak                               Sebuah survei politik bisa saja
               terbendung, sulit bagi kita mencerna                            memilih sampel lebih besar di sebuah
               tingkat akurasi dan kebenaran dari   Informasi berupa kata-kata   kecamatan yang dikenal basis pendukung
               semuanya itu. Bahkan tidak mudah    mulai diterima dengan sikap   Partai A, lalu menghasilkan sebuah angka
               juga bagi orang yang telaten menyaring   apriori. Kemudian muncullah   bahwa Partai A paling banyak di dukung
               gelombang yang bertubi-tubi itu.    sebuah hukum tak tertulis, kalau   di wilayah kabupaten X. Jelas angka yang
                  Perasaan hingga keputusan orang-  tidak menyajikan informasi   dihasilkan akan bias.
               orang jadi mudah terombang-ambing   dengan dasar statistik, maka   Bias cara pengambilan sampel sering
               karena derasnya informasi yang datang.   jangan harap memperoleh   juga terlihat saat dilakukan polling
               Sebagai konsekuensinya banyak       kepercayaan publik dengan   lewat online maupun lewat telepon, lalu
               malapetaka yang muncul. Banyak      gampang.                    hasilnya disimpulkan merepresentasikan
               keputusan yang akhirnya disesali, akibat   Akan tetapi, seringkali   seluruh masyarakat umum. Terlebih
               terlalu cepat dan gegabah mengambil   informasi yang berasal dari   jika seseorang bisa memilih berkali-kali.
               posisi.                             statistik itu pun berhasil   Tidak heran jika misalnya sebuah partai
                  Namun manusia sebagai makhluk    mengecoh publik. Banyak     politik yang kebanyakan kadernya kelas
               yang berevolusi, selalu mengambil   turunan dari statistik yang telah   menengah melek informasi dan dekat
               pelajaran dari kesalahan dan masalah   menggerakkan logika publik,   dengan gadget, begitu sering menang
               yang dihadapinya. Kemudian pada     sehingga mereka dengan cepat   dalam polling online, namun terpuruk
               kesempatan berikutnya mencoba       menyimpulkan sesuatu itu benar   dalam kenyataan.
               memilah mana informasi yang valid dan   dan valid. Padahal tidak selalu.   Statistik, harus diakui, dapat
               bisa dipercaya, dan mana yang cuma   Survei salah satunya.      dimanipulasi oleh sebagian pihak, yang
               omong kosong belaka.                   Kita di Indonesia        biasanya adalah pemegang data dan
                  Sebagian masyarakat mulai        tengah mengalami kondisi    informasi yang paling primer. Biar begitu,
               memutuskan untuk lebih mempercayai   itu, bahkan sudah pernah   publiktidak perlu juga alergi terhadap
               informasi yang kompeten yang berasal   melewatinya beberapa kali.   statistik. Hanya saja harus ada sikap
               dari institusi resmi dan kalau perlu   Ketika sebuah lembaga survei   kritis dan skeptis ketika menafsirkan
               berdasarkan statistik. Pada akhirnya   mengumumkan hasil risetnya,   statistik. Kita harus mampu menyoroti
               banyak bermunculan informasi yang   maka kemungkinan besar hal itu   cara-cara data-data didapat, karena
               disajikan dalam bentuk angka-angka,   selalu terkait dengan ‘siapa yang   bukan tidak mungkin hal itu digunakan
               grafik, tabel, dan lain sebagainya,.   memesan’. Tetapi di lain pihak,   untuk memutarbalikkan kebenaran. *


         94   Edisi 206 / 2024 / Th.XVIII    www.stabilitas.id
   89   90   91   92   93   94   95   96