Page 98 - Stabilitas Edisi 204 Tahun 2024
P. 98
KOLOM
Syarif Fadilah
Pemimpin Redaksi Majalah STABILITAS
Positif kemunduran. Ketika kita menghadapi
tantangan dengan sikap positif, kita
akan cenderung melihatnya sebagai
peluang untuk berkembang dan belajar.
Daripada menyerah saat menghadapi
etiap hari kita mendengar kesulitan, kita lebih cenderung bertahan
banyak sekali kata-kata, dan mencari solusi kreatif untuk
mungkin juga membaca ribuan mengatasinya.
Skata. Namun seringkali yang Kekuatan berpikir positif bukan
masuk ke telinga bukanlah kata-kata sekadar slogan. Ini adalah konsep
yang kita sukai. Kita, di waktu yang sama, yang didukung oleh sains. Penelitian
juga kerap membayangkan jika kata-kata yang memiliki kemampuan ini. menunjukkan bahwa pikiran dan ucapan
yang kita dengar adalah kata-kata yang Lihat atau simak saja kata-kata positif yang disengaja sebenarnya
menyenangkan. yang keluar dari mulutnya saat dapat mengurangi kekhawatiran dan
Pemilihan kata-kata memang menjadi merespons pertanyaan atau saat kecemasan.
hal yang krusial. Coba simak bagaimana pidato tanpa teks. Sebuah laporan ilmiah yang
para pendiri bangsa memilih kata- Berapa banyak kata dipublikasikan nature.com ada sebuah
kata yang menggugah bukan mencela berkonotasi negatif yang kesimpulan menarik. Pola berpikir
atau merendahkan diri sendiri, dalam dia pilih ketika memberikan individu itu penting; individu yang
menyusun cita-cita bangsa. Dalam keterangan atau pernyataan berpikiran positif dapat mengatasi
pembukaan Undang-Undang Dasar terkait peristiwa tertentu masalah, sedangkan pikiran negatif
1945, pada alinea keempat disebutkan yang ia tidak setujui. Atau dapat menimbulkan masalah yang lebih
bahwa salah satu tujuan bangsa dan berapa banyak kalimat negatif besar. Oleh karena itu, manusia dapat
negara Indonesia adalah “mencerdaskan yang digunakannya untuk mengatasi kesulitan dan kejadian hidup
kehidupan bangsa”. merespons sesuatu. Dua hal itu dengan meninggalkan pikiran negatif dan
Kita sangat paham bahwa ketika bisa menjadi indikator betapa menggantinya dengan pikiran positif
Indonesia baru merdeka, banyak rakyat dia harus memperbaiki cara Memiliki pola pikir positif sangat
Indonesia yang masih belum mengenyam dia berkomunikasi sebagai penting untuk mencapai kesuksesan
Pendidikan. Meski demikian para pendiri pemimpin. dan kesejahteraan secara keseluruhan.
bangsa tidak memilih kata-kata negatif Beberapa pakar mengatakan Pola pikir positif dapat berdampak
dalam mencantumkan cita-cita bangsa. bahwa kata-kata yang besar pada cara kita memandang diri
Bisa saja mereka memilih kalimat keluar dari mulut seseorang sendiri, cara kita menangani tantangan,
“mengentaskan kebodohan rakyat” adalah ekspresi dan hasil dan cara kita merespons kemunduran.
atau “meningkatkan tingkat Pendidikan dari pergumulan dan proses Dengan memupuk pandangan positif,
rakyat Indonesia” dan lainnya. Pemilihan pemikiran dari dalam pikiran kita dapat meningkatkan ketahanan,
kalimat “mencerdaskan kehidupan dan hatinya. Singkatnya itu meningkatkan kepercayaan diri, dan
bangsa” tidak hanya membuktikan adalah hasil dari pola pikirnya. meningkatkan kesehatan mental kita
visi hebat para pemimpin kita di masa Oleh karenanya penting bagi secara keseluruhan.
lampau, tapi juga kecerdasan dan empati seseorang terutama pemimpin Ralph Waldo Emerson, esais dan
mereka dalam memilih kata-kata. untuk memiliki mindset positif. penyair AS, pernah menulis terkait
Akan tetapi hari-hari ini kita jarang Selain bermanfaat bagi pentingnya mengendalikan pikiran
sekali mendapatkan pemimpin yang pemimpin, bagi orang awam agar tetap tenang dan tidak mudah
mampu mengendalikan pikiran dan mindset positif juga sangat emosi bahkan marah. Karena langkah
mindset, hingga mampu mengatur kata- bermanfaat. Salah satu manfaat tersebut akan membuat si pelakunya
kata yang meluncur dari mulutnya utama memiliki pola pikir lebih berbahagia. “For every minute
sebagai kata-kata yang positif. Sejatinya positif adalah kemampuan you are angry, you lose sixty seconds of
tidak sulit mengenali seorang pemimpin mengatasi hambatan dan happiness”*
98 Edisi 204 / 2024 / Th.XVIII www.stabilitas.id

