Page 336 - Berangkat Dari Agraria
P. 336

BAB IX  313
                                                  Pancasila Dalam Konteks Kekinian

             Latar polemik
                 Jika dilihat  peta  politik di  DPR,  hanya dua  fraksi  yang  tak
             mengusulkan RUU  HIP, yakni Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi
             Partai Keadilan Sejahtera yang keduanya di luar koalisi pemerintahan.
             Setelah keras  diprotes, RUU  HIP  diusulkan DPR  untuk  diubah
             judulnya menjadi RUU PIP, yang merupakan konsep awal sebelum
             RUU HIP. Kritik publik tetap nyaring terdengar.
                 Hemat  penulis, beberapa kemungkinan latar belakang
             polemik terkait legislasi Pancasila didasarkan pandangan sejumlah
             pihak.  Pertama,  polemik karena  alasan ideologis.  Pengusul ingin
             mengamankan Pancasila dengan cara mengokohkan ajaran ideologis
             warisan  pendiri bangsa melalui  satu  produk legislasi.  Sedangkan
             penolak  menuduh pengusul  tak paham posisi  Pancasila  sebagai
             dasar negara. Juga menarik mencermati  penolak  yang  sebagian
             di  antaranya ada  kalangan  yang  tak  sepenuhnya  nyaman dengan
             Pancasila. Pro dan kontra seolah jadi absurd.

                 Kedua,  polemik karena alasan  strategis. Mengingat Indonesia
             sedang menghadapi  pandemi Covid-19  yang menyita  perhatian
             dan  sumber  daya  pemerintah, maka  pembahasan RUU  HIP
             dianggap tidak mendesak. Pemerintah ingin berkonsentrasi dalam
             melindungi kesehatan dan keselamatan warga ketimbang lainnya.
             Indonesia fokus menangani dampak pandemi. Lebih strategis, DPR
             dan pemerintah intensifkan dialog dengan para ahli dan organisasi
             masyarakat.

                 Ketiga,  polemik dipicu perbedaan politik.  Pihak pro  maupun
             kontra telah terperangkap menjadikan Pancasila sebagai komoditas
             politik pragmatis untuk  kepentingan  politik  elektoral.  Tak
             ditemukan  urgensi dari  realisasi  Pancasila dalam  sebuah  UU.
             Pancasila semestinya  mengalir  di  seluruh  urat  nadi  peraturan
             perundang-undangan. Terlalu sempit jika Pancasila hanya dijadikan
             alat  bargaining politik.  Pesan  publik, Pancasila jangan  direduksi
             oleh dan untuk kepentingan politik.
   331   332   333   334   335   336   337   338   339   340   341