Page 197 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 197

Mochammad Tauchid

            si pemilik kembali ke desanya lagi.
                Sawah yang baru dibuka dinamakan uma di panggaraga,
            sedang sawah yang dibeli namanya uma pangali. Keduanya
            disebut uma pa apa butu atau pandaka. Di samping itu ada
            uma mana, juga disebut uma to dolo, uma goronto atau uma
            tongkonan, yaitu tanah pusaka yang sejati, berasal dari nenek
            moyang. Menurut adat, tanah ini  boleh digadaikan tetapi tidak
            boleh dijual. Sawah ini berhubungan erat dengan tongkonan
            lajuk yaitu rumah perinduan dari Puang, to makaka atau kau-
            nan. Hasilnya dibagi-bagi di antara anak cucu turunan dari
            pemilik pertama. Besar kecilnya bagian menurut banyak sedi-
            kit anak-anaknya. Dengan matinya satu cabang turunan, maka
            tanah bagian yang meninggal (yang tidak ada pemiliknya lagi)
            dibagikan di antara yang masih hidup menurut perbandingan
            banyaknya kerbau yang dipotong pada waktu pesta kematian
            dari turunan yang terakhir.
                Jika uma pa apa butu selama lima turunan tidak dibagi
            atau tidak dijual, lalu menjadi tanah pusaka dengan nama uma
            mana undi, sawah pusaka belakangan. Sawah ini berbeda
            dengan uma mana lainnya (yang sejati), yang boleh dijual
            semua yang berhak menyetujuinya.


            Penyeduaan
                Memarokan sawah di sana dinamakan mindulu uma.
            Kebiasaan antara pemilik dan pemaro masing-masing mene-
            rima bagian hasil yang sama (separo) setelah dipotong biaya-
            biaya mengerjakan dan biaya-biaya lainnya yang sudah diten-
            tukan dalam perjanjian pemaroan. Tetapi di beberapa desa,
            pembagian hasil tidak sama, ada yang sepertiga dari hasil sa-
            wah diperuntukan bagi yang mengerjakan dan dua pertiga

            176
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202