Page 224 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 224
Masalah Agraria di Indonesia
wenang dan memeras rakyat. Merasa sebagai orang istimewa
(karena tidak di bawah pembesar di tempat tersbeut melainkan
berhubungan langsung dengan raja). Dan minta penghormatan
yang berlebih-lebihan.
Tanah perdikan seperti yang diuraikan di atas terdapat
di daerah Semarang (Demak), Rembang, Surabaya, Madura,
Banyumas, Kedu, Madiun, dan Kediri. Di Jawa Barat terdapat
di desa Pamijahan (Tasikmalaya) sebagai sisa zaman Mataram
karena di situ terdapat kuburan wali.
Pada tahun 1964, pemerintah Republik sudah pernah
memutuskan penghapusan desa-desa perdikan di daerah
Banyumas. Tetapi pada zaman pendudukan Belanda desa
perdikan kembali lagi dihidupkan sampai sekarang.
Tentang keadaan, riwayat, dan hal-hal lainnya mengenai
desa Perdikan dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
Keputihan, (umumnya disebut mutihan atau putihan)
terdapat di Jawa Tengah, yaitu di suatu desa yang penduduk-
nya diwajibkan untuk sungguh-sungguh menjalankan ibadat
seperti sembahyang, puasa, dan upacara agama Islam lainnya.
Penduduk di desa ini harus menyingkiri tegah agama seperti
tandakan, minum-minuman keras dsb. Terkadang mutihan
itu terdiri dari beberapa orang ulama yang mempunyai masjid
dan pesantren.
Keberadaan desa mutihan ini dimaksudkan oleh raja seba-
gai penghargaan atas jasa-jasa ulama dalam usahanya menyi-
arkan agama Islam. Para ulama ini telah mendorong agar “nga-
bangan” atau “abangan” (orang-orang yang dianggap tidak
beragama) dididik untuk menjadi mutihan atau putihan.
Hak istimewa diberikan kepada ulama-ulama dengan
membebaskan mereka dari kewajiban-kewajiban terhadap
203

