Page 119 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 119
Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis
gejolak kontemporer, modernisasi yang membawa berbagai daya
tarik dan sensasional badaniah.
Fenomena tanah-tanah adat Nendali bukanlah situasi yang
berdiri sendiri. Situasi yang sama dengan Nendali berlaku di
seluruh Sentani. Bahkan wilayah ini adalah wilayah utama dari
berbagai sengketa dan konflik tanah-tanah adat di Kabupaten
Jayapura, dengan tingkat kerumitan yang tinggi pula. Sedang
Kabupaten Jayapura adalah wilayah dengan konflik tanah tertinggi
di Papua. Hampir setiap kampung di Sentani, sedang atau pernah
mengalami situasi konflik tanah baik dengan sesama pelaku dalam
adat, maupun dengan berbagai aktor baru yang kini bersinggungan
dengan adat dan ruang sosialnya.
George Karuwai mencatat setidaknya terdapat 4 tipe konflik
yang berkembang di sekitar Sentani berdasar pelaku utamanya,
yang terjadi secara manifes dan unmanifes, yakni konflik antar
sesama warga, antar warga dengan pendatang, antar warga dengan
pemerintah, dan antar pemerintah setempat dengan pemerintahan
yang lebih tinggi. 8
Konflik manifes adalah konflik yang dapat dilihat kekisruhannya
secara terbuka, atau konflik yang telah mencuat ke permukaan
publik. Sementara konflik unmanifes adalah konflik yang belum
bisa terendus modusnya secara jelas. Konflik unmanifes lebih
banyak berada dalam lingkungan dengan hubungan-hubungan
kekerabatan dan emosional yang masih berjalan, namun dengan
begitu cepat bisa meletup menjadi konflik terbuka cukup hanya
dengan sedikit pemantik saja. Walau hanya disebabkan oleh hal-hal
8. George Karuwai. Tanah Adat dan Potensi Konflik dalam Komuniti Adat, Studi
Kasus Pada Masyarakat Adat Sentani Kabupaten Jayapura, Propinsi Papua.
Tesis Fakultas Isipol Universitas Indonesia, Depok, 2004. Hlm. 164-208.
— 100 —

