Page 10 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 10

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        men sejarah yang kami dapatkan  saat itu sangat terbatas,
                        sebab waktu itu kami  belum mendapatkan akses ke arsip
                        ATR/BPN dan berbagai sumber-sumber lainnya.
                            Tahun ini kami diminta kembali untuk melakukan studi
                        yang sama melanjutkan kajian sebelumnya. Kalau pada kajian
                        sebelumnya, kami hanya fokus pada persiapan pembangunan
                        hukum agraria nasional (UUPA), kali ini penulis berkesem-
                        patan membaca  lebih  banyak  arsip  koleksi Kementerian
                        ATR/BPN dan sumber-sumber primer lainnya dari Majalah
                        Penyuluh Landreform, Majalah Agraria, dan Mimbar Depdagri
                        dalam kerangka melihat lebih jauh keberadaan lembaga agra-
                        ria. Beberapa dokumen yang kami dapatkan jauh ke belakang,
                        periode sebelum Indonesia merdeka, sebelum UUPA lahir,
                        dan periode awal keberadaan Kementerian Agraria. Dengan
                        modal tersebut, penulis berusaha menuliskannya secara lebih
                        komprehensif dibandingkan kajian yang pernah kami laku-
                        kan sebelumnya, walaupun beberapa tumpang tindih, namun
                        data dan fokusnya berbeda.
                            Kami merasa kajian ini relatif lebih lengkap, akan tetapi
                        periode kajiannya sangat panjang. Periode kajian kami mulai
                        dari  tahun 1955  saat  Kementerian Agraria “pertama  kali”
                        dibentuk dan kajian berakhir tahun 2022. Namun, sebelum
                        masuk periode 1955,  penulis tetap memberikan gambaran
                        persoalan agraria pada masa kolonial, termasuk bagaimana
                        Belanda mengelola tanah, mendaftarkan tanah, dan menja-
                        lankan program kadaster di masa itu. Karena periode kajian
                        sangat  panjang, penulis  menyadari akan terdapat banyak
                        kelemahan dan lubang-lubang data serta analisisnya. Untuk
                        itu penulis sejak awal menentukan tidak akan membahas
                        semua hal, hanya isu-isu penting dan terpilih saja yang men-

                         viii
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15