Page 215 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 215
Djoko Suryo
kasih, dan bersumpah serta mengucap akan mengabdi dan
mengikuti orang yang telah berjasa menolongnya. Kupu-kupu
akhirnya juga menjelma menjadi manusia dan kemudian menjadi
abdi Kasim. la diberi nama Jaya Kupu.
Dalam perjalanan berikutnya menuju ke sebuah pedukuhan
bernama Kali Bening tempat seorang pendeta Seh Layaran ting-
gal Di situ ia melihat berbagai jenis tanam-tanaman seperti jahe,
lempuyang, temu, kobis, kacang, jagung, semangka, timun, jewa-
wur, tom, gaga, pala, mrica, manis jangan, kayu tahi kumukus,
cendana, garu, cepaka, manggis, kepundung, kuweni, dsb. Keti-
ka sampai di tempat yang dituju Seh Layaran sedang didampingi
oleh dua putranya raden Umbul Ketapang dan Bagus Sembada
Jaya ing prang. Keduanya menguasai kitab-kitab lama dan pan-
dai membaca AI Qur’an dan juga berolah suluk (tasawuf). Begitu
melihat raden Kasim datang sang pendeta segera menyambut-
nya dengan penuh hormat. Ketika Kasim menanyakan mengapa
sang pendeta tidak mau disembah, sang pendeta mengaku
sudah tahu bahwa raden Kasim itu adalah calon raja. Oleh
karena itu, sang pendeta banyak memberikan petuah, agar
Kasim menyerahkan diri (pasrah) kepada Allah, sabar, tidak
meninggalkan sholat lima waktu, mengikuti syare’at yang
diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, sebagai syarat seorang
yang akan menjadi calon pemimpin dunia. Agar mencapai kemu-
liaan hidup ia juga harus banyak berbuat baik, lahir dan batin,
dan bersih hatinya. Sang pendeta juga menekankan agar ia
berusaha menjadi manusia utama, yaitu manusia yang pinunjul
(terkemuka). Ki Seh Layar juga mengajarkan tentang berbagai
cara bertapa yang baik agar menjadi manusia yang sempurna.
Setelah selesai mendapat petuah dari Pendeta Seh Layaran Ra-
den Kasim Ialu meninggalkan pedukuhan Kali Bening menuju
ke tempat lain diikuti oleh Umbul Ketawang, Kutuk Jaya dan
Jaya Kupu. Perjalanannnya menerabas hutan belantara dan
gunung-gunung mengikuti petunjuk sang pendeta untuk
mencapai kemuliaan di kemudian hari.
194

