Page 77 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 77
Djoko Suryo
lar, maupun yang bersifat struktural dan umum (general) meru-
pakan ciri pokok kajian Sejarah, yang membedakan dengan bi-
dang kajian lainnya.
Secara umum, tujuan kajian sejarah pada hakekatnya sama
dengan tujuan umum yang hendak dikejar bidang ilmu (science),
yaitu mencari (search) kebenaran (truth), yang diperoleh dengan
melalui prosedur penelitian ilmiah (scientific search), atau kemu-
dian disebut research. Karena sejarah bukan ilmu (eksperimental
3
science), maka sejarah memiliki keterbatasan metodologis dalam
merumuskan prosedur pecarian kebenaran terhadap obyeknya.
Sejarah tidak dapat mengamati (observation) dan mengukur (mea-
surements) gejala sejarah yang dihadapinya secara repetitif dan
langsung, seperti yang dilakukan oleh bidang sains, karena
segala peristiwa sejarah bersifat non–repetitif dan unik. Hal ini
tidak berarti bahwa sejarah tidak dapat mencapai tujuannya
untuk memberikan penemuannya, secara ilmiah (scientific), yaitu
tersusun dalam sistem proposisi yang absah atau sahih (valid),
benar dan obyektif, berlaku umum (generalized), dan dapat dian-
dalkan (reliable). Mengingat sifat penyelidikan ilmiah (scientific
inquiry) bukanlah ditentukan oleh persoalan pokoknya. (subject
4
matter), tetapi oleh metode ilmiahnya (scientific method) maka
kebenaran dan obyektifitas sejarah dapat dicapai melalui pro-
sedur rekonstruksi sejarah dengan menggunakan metode (ilmi-
ah) sejarah.
Tujuan akhir kerja sejarah adalah merekonstruksi gambaran
peristiwa kehidupan masa lampau, dalam bentuk rekayasa ter-
tulis, yaitu Historiografi, melalui sintesa fakta-fakta (facts) yang
diperoleh dari bukti-bukti (evidences) sejarah yang ditemukan
dalam sumber (sources), baik tertulis (recorded) maupun lisan
3 B.B. Wolman, “Sense and Nonsense in History”, dalam B.B. Wolman
(ed.), The Psychoanalytic Interpretation of History (New York etc.: Harper
Torchbooks, 1971), hlm. 79.
4 Ibid., hlm. 80.
56

