Page 5 - Kontemplasi Jurnal Alexander Babak 2
P. 5
Kukira Dia Malaikat
kumulai dengan rasa benci,
benci saat bangku tempat dia sering duduk
malah kosong,
benci saat dia tertawa melihat ekspresi
wajahku karena lama menunggunya datang,
benci karena dia tahu aku sayang sama dirinya,
benci karena dia tahu kerinduanku,
benci karena aku selalu kehabisan kata-kata
setiap berdiri di hadapan dia.
benci! benci! benci!
jika aku menyesal mengenal dia,
waktu di dekat dirinya tidak pernah cukup,
lalu tiba-tiba dari mulutnya, dia katakan:
kamu bukanlah siapa-siapa untukku
anjing!
kukira dia malaikat,
yang anehnya kubenci karena
tidak pernah bisa kubenci dengan baik,
tetapi aku masih mau menunggunya pulang.