Page 4 - BUKU FLIP
P. 4
Sigit Dwi Laksana
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
2. Kedua, dalam mengajarkan pendidikan akhlak rasulullah melakukannya secara bertahap, pelan tapi
pasti. seperti contohnya ketika ketika Rasulullah mengajarkan shalat. Rasulullah memerintahkan
anak pada usia 7 tahun sekedar diperintah untuk belajar tentang gerakan-gerakan dalam shalat,
kalau anak tidak mau melaksanakan, maka si anak tidak perlu dipukul, hanya diberikan pengarahan
bahwa shalat itu salah satu tiang agama. tetapi jika sudah mulai beranjak diusia 10 tahun, ketika
anak mulai diperintah untuk shalat, anak tidak mau shalat, maka diperbolehkan untuk memukul
anaknya. makna dari memukul ini berarti memberikan didikan agar anaknya menjadi anak yang
beragama, tetapi memukul disini juga dapat dimaksnai sebagai memukul secara fisik, tetapi pada
bagian yang tidak membahayakan anak dan menyebabkan kesakitan, seperti punggung (Liliek
Channa dalam eprints.uinsby.ac.id, dengan judul “Pendidikan Karakter dalam perspektif Hadits Nabi
SAW”, diakses tanggal 13 April 2020).
3. Ketiga, Sikap pendidikan akhlak yang ditunjukkan Rasulullah yaitu dengan menanamkan karakter
kenabian yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fatonah
(cerdas).hal ini terlihat dari keseharian Rasulullah yang selalu dihiasi dengan indahnya akhlak,
disamping itu Rasulullah juga sangat peduli terhadap anak-anak maupun para perempuan.
Beberapa penjelasan diatas menguatkan kita bahwa penting atau urgennya pendidikan karakter
karena Rasulullah sendiri yang langsung memberikan contoh. Selanjutnya pendidikan karakter juga
telah diajarkan oleh bapak pendidikan nasional kita yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau menjelaskan
bahwa sendi-sendi pendidikan karakter ditopang oleh tiga unsur yaitu “ngerti”, “ngroso”, dan “nglakoni”
(Sa’dun Akbar, 2013: 131). Seperti yang dgambarkan berikut:
Ngerti
Ngroso Nglakoni
Tiga unsur yang telah dijelaskan Ki Hajar Dewantara diatas memiliki arti bahwa pendidikan
karakter melibatkan proses Ngerti atau understanding yaitu membangun pengertian dan pemahaman,
selanjutnya Nglakoni atau action yaitu melakoni nilai yang diinternalisasikan, yang terakhir Ngroso atau
reflection yaitu melakukan refleksi atas apa yang di lakukan (Sa’dun Akbar, 2013: 132). Penjelasan yang
diuraikan Ki Hajar Dewantara sejalan dengan konsep pendidikan akhlak yang di sampaikan oleh KH.
17