Page 34 - Media Pembelajaran E-Modul Mendongeng (1)
P. 34

E-MODUL MENDONGENG                                                              SMP KELAS VII




                   Burung  Kenari  dan  Cucak  Rowo  mengetahui  penyebab  Burung  Murai  Batu
             menghentikan  nyanyian.  Hal  tersebut  dikarenakan  Burung  Murai  Batu  mendengar

             suara  sangat  merdu  milik  manusia  yang  sedang  bernyanyi.  Burung  Murai  Batu
             memalingkan wajahnya, ia merasa malu, tetapi akhirnya ia melanjutkan nyanyiannya

             hingga dihentikan oleh Burung Kenari dan Cucak Rowo.
                 “Diam kau, Murai Batu! Apakah kau tak mendengar suara manusia itu? Suaranya
             jauh lebih merdu dibandingkan dirimu!” ucap Burung Kenari.

                   “Iya, betul. Kau tidak tahu diri, ya? Dasar burung angkuh! Ayo tepati janjimu untuk
             tidak berkicau selamanya!” ketus Burung Cucak Rowo.

                   Tak terima dengan semua ujaran yang dilontarkan kedua burung tersebut, akhirnya
             Burung Murai Batu angkat bicara.
                 “Kalian yang seharusnya diam! Penilaian kalian terlalu subjektif terhadap suaraku.

             Lebih baik kita meminta kupu-kupu untuk menjadi juri. Dia nanti yang akan menilai
             suaraku dan suara manusia itu!” ujar Burung Murai Batu.

                  Akhirnya kedua burung tersebut sepakat dengan permintaan Burung Murai Batu.
             Kupu-kupu yang sejak tadi hinggap di atas kepala manusia yang sedang bernyanyi itu,

             tentu saja dengan lantang memberikan penilaian bahwa suara manusialah yang paling
             merdu, bukan seekor Burung Murai Batu yang sombong.

                  Burung Kenari dan Cucak Rowo tertawa diiringi tatapan sinis, setelah mendengar
             penilaian dari Kupu-kupu. Burung Murai Batu yang malang, ia merasa sangat sedih dan
             malu.  Ia  memutuskan  untuk  terbang  sangat  tinggi  dan  menepati  janji  untuk  tidak

             mengeluarkan kicauannya yang merdu lagi.
                  Ketika terbang tinggi melalui langit-langit yang tak terbatas, meskipun seberapa

             tinggi Burung Murai Batu terbang. Terbesit di pikirannya, bahwa langit sama halnya
             dengan kehidupan. Tak dapat dipungkiri bahwa di atas langit masih ada langit, seperti

             Burung Murai Batu yang merasa suaranya paling merdu dan tak ada makhluk lain yang
             dapat menandingi, hingga pada akhirnya muncullah manusia yang memiliki suara jauh

             lebih  merdu  dibandingkan  dirinya.  Boleh  karena  itu,  sehebat  apa  pun  kemampuan
             yang dimiliki pasti akan ada saja yang lebih baik, sangat tidak etis bila hanya merasa
             diri  sendiri  yang  paling  hebat  dan  yang  terbaik.  Kemudian,  Burung  Murai  Batu

             tersadar oleh realitas bahwa sehebat apa pun dirinya, pasti akan selalu ada yang lebih
             hebat  dan  lebih  baik  dari  dirinya.  Ia  pun  berjanji  pada  dirinya  sendiri  untuk  tidak

             pernah angkuh lagi dalam menjalani kehidupannya.








        Bahasa Indonesia                                                                                                                                                                                     |   28
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39