Page 46 - E-Modul Perubahan Lingkungan
P. 46
2. PENANGANAN LIMBAH
A. Limbah Cair
Pernahkah anda melihat limbah cair di sekitar sekitar rumah atau sekolah
anda? Tahukah anda, limbah cair domestik ada yang berbahaya, ada pula yang
tidak berbahaya. Limbah cair yang tidak berbahaya, misalnya air bekas cucian
beras dan sayuran, dapat dimanfaatkan untuk menyirami tanaman. Sedangkan
limbah cair berbahaya yaitu tinja manusia. Menurut Irnangtyas dan Sagita (2022)
penanganan limbah tinja manusia dapat dilakukan melalui metode berikut.
1) Cubluk
............Lubang yang diberi dinding tidak kedap air di bagian atasnya dan
dilengkapi dengan tutup. Limbah dari jamban langsung dialirkan ke dalam
cubluk. Jika cubluk sudah penuh, limbah dialirkan ke cubluk lain. Cubluk
sebaiknya dibuat dengan jarak 15 m dari galian sumur agar limbah dari cubluk
tidak mencemari air sumur.
2) Tangki Septik Konvensional
............Bak kedap air yang dilengkapi dengan pipa ventilasi dan lubang kontrol.
Limbah cair disimpan selama minimal satu hari di dalam tangki septik, kemudian
dialirkan ke sumur resapan. Partikel padatan dalam limbah akan mengendap
dan membentuk lumpur tinja. Di atas tangki septik, diberi lubang pemeriksaan
yang berfungsi sebagai lubang penyedot tinja.
3) Tangki septik biofilter (up-flow filter)
............Terdiri atas bak pengendap, ruangan yang berisi media filter (batu pecah,
batu apung, ijuk, dan kerikil), dan ruang resapan (berisi kerikil, pasir, dan ijuk).
Bak pengendap berfungsi mengendapkan partikel padatan menjadi lumpur tinja.
Air luapan dari bak pengendap dialirkan ke ruang yang berisi media filter. Pada
permukaan media filter, tumbuh lapisan tipis mikroorganisme (bakteri anaerob)
yang akan menguraikan bahan organik dalam limbah cair tersebut (Irnangtyas &
Sagita, 2022).
E-Modul Perubahan Lingkungan SMA/MA Kelas X 39