Page 2 - Modul Sejarah Lokal Tokoh Perjuangan Lampung
P. 2

ii




                                                      KATA PENGANTAR





                        Puji  syukur  ke  hadirat  Allah  SWT,  atas  rahmat  dan  karunia-Nya,  penulis  dapat

                        menyusun E-Modul Pembelajaran Sejarah Lokal: Tokoh Perjuangan Lampung. Modul
                        ini hadir sebagai upaya memperkaya bahan ajar sejarah yang tidak hanya berfokus pada

                        tokoh nasional, tetapi juga memberikan ruang penting bagi tokoh-tokoh lokal yang

                        telah memberikan kontribusi besar dalam perjuangan rakyat Lampung.

                        Sejarah  perjuangan  bangsa  tidak  dapat  dilepaskan  dari  kiprah  para  pahlawan  di

                        berbagai  daerah,  termasuk  Lampung.  Dengan  mempelajari  tokoh  lokal  Lampung,
                        peserta  didik  dapat  mengenal  lebih  dekat  akar  perjuangan  di  lingkungannya,

                        memahami nilai-nilai kepahlawanan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, serta
                        menumbuhkan  rasa  bangga  dan  identitas  kedaerahan  yang  kuat.  Pengetahuan  ini

                        sekaligus menjadi penguat karakter bangsa yang berakar dari kearifan lokal, sehingga

                        generasi muda tidak tercerabut dari sejarah lingkungannya sendiri.

                        Selain  itu,  pembelajaran  tokoh  lokal  Lampung  menjadi  sarana  strategis  dalam

                        membangun historical empathy pada peserta didik. Historical empathy bukan hanya
                        kemampuan untuk mengetahui peristiwa masa lalu, tetapi juga menghayati kondisi,

                        perjuangan, dan pilihan yang diambil tokoh-tokoh pada zamannya. Melalui modul ini,

                        siswa diharapkan mampu merasakan dan memahami latar belakang sosial, politik, dan
                        budaya  yang  memengaruhi  perjuangan  tokoh  Lampung,  sehingga  sikap  empati

                        terhadap sejarah dapat tumbuh. Dengan demikian, pembelajaran sejarah tidak berhenti
                        pada hafalan, melainkan menjadi proses  reflektif yang menanamkan nilai keadilan,

                        keberanian, dan cinta tanah air.
   1   2   3   4   5   6   7