Page 9 - BUKTI BERIMAN_Neat
P. 9
nikmat yang diterima, dilanjutan dengan lisan yang selalu mengucapkan syukur,
misalnya banyak-banyak mengucapkan hamdalah dan kalimat-kalimat pujian yang
disampaikan (Q.S. ad-Dhuhā/93: 11). Setelah itu, semua nikmat tersebut diwujudkan
dan difungsikan oleh anggota tubuhnya dalam ketaatan hanya kepada Allah Swt.
Imam al-Ghazali membagi syukur itu, menjadi 3 bagian, yaitu: ilmu, hal (keadaan),
dan amal (perbuatan). Melalui ilmunya, seseorang menyadari bahwa segala nikmat
yang diterima itu semata-mata berasal dari Allah Swt. Keadaannya menyatakan
kegembiraan. Selanjutnya, amal perbuatannya sesuai dan sejalan dengan fungsi
nikmat tersebut diberikan. Tersimpul bahwa, wujud syukur harus menyatu antara
hati, lisan dan perbuatan. Bukan bersyukur yang benar, jika sering mengucapkan
hamdalah, lalu hatinya masih belum puas dengan yang diterima, atau masih iri dan
dengki dengan harta benda milik tetangga. Begitu juga, jika kalian memiliki akal
yangcerdas, tetapi kelebihan itu hanya disimpan sendiri, tidak disebarkan kepada
teman kalian yang masih membutuhkan bantuan dan bimbingan. Jadi, pribadi yang
bersyukur itu, ditandai menyatunya hati, lisan dan perbuatan. Tidak boleh terpisah,
atau terpotong-potong, sehingga jika kesatuan itu dapat dilakukan, muncul
kepribadian muslim yang utuh, bukan pribadi pecah yang hanya sesuai, misalnya
antara lisan dan perbuatan, melupakan hati. Begitu juga, hati dan lisan menyatu,
tetapi perbuatannya tidak sesuai.
d. Keuntungan Menjadi Orang Bersyukur
Penjelasan sebelumnya memberi hikmah kepada kita, agar kita menjadi pribadi
yang pandai besyukur. Beberapa keuntungannya, dapat disebutkan berikut ini:
1. Jauh Lebih Produktif Saat menghadapi problem, orang yang bersyukur, masih
dapat memanfaatkan peluang yang tersisa, sekecil apapun, untuk menangkap
peluang yang lain. Tidak menghabiskan waktunya untuk mengeluh dan sesal diri.