Page 44 - Fikih MI Kelas VI
P. 44
Soal AKM
Hikmah Makan Makanan Halal
Di dalam ajaran Islam, status halal dan haram merupakan suatu aturan yang berdiri di atas
landasan syariat demi mewujudkan kebaikan untuk umat, menghilangkan beban yang berat, dan
mempermudah manusia. Substansi syariat Islam adalah menegakkan prinsip menghilangkan
mafsadah (kerusakan) dan mendatangkan maslahat untuk segenap manusia dalam segala
aspek kebutuhannya.
Di dalam agama itulah Allah Swt. menjamin adanya kemudahan-kemudahan sebab agama
diturunkan oleh Allah bukan untuk menjadikan manusia berada dalam kesulitan, tetapi justru
sebagai jalan keluar (solusi). Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an berikut.
ّ َ َ ْ ْ ّ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ
جرح ن ِ م ني ِ دلا ىف مكيلع لعج امو ...
)78 :]22[ جحلا( 78 .... ۗ ٍ ِ ِ
Artinya:
… Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama .... (QS. Al-
Ḥajj [22]: 78).
Agama memberikan batasan-batasan mana yang boleh dan mana yang dilarang, mana
yang halal dan mana yang haram. Orang yang beriman harus mengikatkan dirinya dengan
batasan itu. Halal dan haram telah lama dikenal oleh tiap-tiap umat, sekalipun masing-masing
berbeda ukurannya, macamnya, dan sebab-sebabnya. Dan sebenarnya apa yang diharamkan
dalam syariat agama ini sangat sedikit saja bila dibandingkan dengan seluruh ciptaan Allah di
langit dan bumi, yang semuanya hanya disediakan untuk diambil manfaatnya oleh manusia.
Dan pada umumnya, sesuatu yang diharamkan oleh Allah itu karena menimbulkan mudarat
bagi manusia. Ketentuan tentang masalah halal dan haram merupakan wilayah kewenangan
Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an berikut.
ُ ْ َ َ ّٰه َّ َ ّٰه ُ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ٰ َ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ُ ْ ُ َّ ُ ُ ٰ ٰ َ َ
دي ِ دش للا ن ِ اۗللا اوقتاو ۚاوهتناف هنع مكىهن امو هوذخف لوسرلا مكىتا ٓامو ...
َ ْ
باقعلا
)7 :]59[ رشحلا( 7 ۘ ِ ِ
Artinya:
… Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkan-
lah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al-Ḥasyr
[59]: 7).
Siapa pun orangnya tidak berhak untuk membuat aturan menghalalkan atau mengharam-
kan suatu perkara hanya berdasar kepentingan pribadi yang bertentangan dengan syariat yang
telah ditetapkan dalam agama.
Halal dan haram telah jelas, di antara keduanya ada perkara syubhat (samar-samar).
Perlunya setiap orang beriman memperhatikan bagaimana agama memberikan aturan dalam
kehidupan. Hal ini terungkap dalam arti hadis berikut:
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir r.a., berkata, Saya mendengar Rasulullah saw. ber-
sabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya ter-
dapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak.
Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehor-
matannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat maka akan terjerumus dalam
26 Fikih MI Kelas VI